This is default featured slide 3 title
This is default featured slide 4 title
Test 1

Monthly Archives: August 2020

KONSEKUENSI LOGIS

Amsal 6:30 Apakah seorang pencuri tidak akan dihina, apabila ia mencuri untuk memuaskan nafsunya karena lapar?

Pengertian Konsekuensi
Konsekuensi artinya akibat dampak efek hasil, resiko dari suatu perbuatan.
Logis artinya sesuai logika, menurut penalaran, masuk akal.
Konsekwensi logis dapat diartikan sebagai suatu akibat yang timbul dari suatu perilaku keberadaannya adalah hal yang logis.

Manusia dan Konsekuensi Logis
Setiap manusia yang hidup senantiasa diperhadapkan dengan apa yang namanya “Konsekuensi Logis” sebagai akibat dari menjalani hidup di dunia. Anehnya, umumnya manusia menghindari hal tersebut. Konsekuensi logis erat kaitannya dengan mentalitas

Gereja sangat terfokus untuk membina umat Tuhan, karena mutlak harus dilakukan. Bukan hanya membina kerohaniannya saja tetapi jiwanya, dimana didalamnya ada mentalitas yang perlu dibina. Jabatan dan kegiatan rohani tidak menjamin seseorang memiliki mentalitas yang baik. Hal ini disebabkan karena unsur jiwani yang memotori kehidupan setiap hari, lupa dibina sehingga ia gagal menjadi garam dan terang. Kegagalan manusia ini seringkali membuat Tuhan melakukan sendiri pekerjaan-Nya tanpa melalui manusia. Ada beberapa orang yang tidak percaya bahkan seorang anti Kristus kemudian berbalik menjadi seorang percaya pada Kristus karena mengalami Perjumpaan pribadi dengan Kristus tanpa peran manusia.

Firman Tuhan bukan hanya untuk sekedar diketahui dan menjadi pengetahuan tetapi untuk dilakukan selama manusia masih hidup di bumi. Manusia dan konsekuensi logis tidak dapat dipisahkan karena ini hadir setiap saat dalam hidup kita. Setiap saat kita dihadapkan dengan konsekuensi Logis. Karena logis berarti bisa dilakukan oleh siapapun bahkan oleh orang percaya. Walaupun umumnya manusia menghindari konsekuensi logis ini di dalam dirinya tetapi tetap saja kita tidak bisa menghindarinya. Jika kita melarikan diri dari konsekuensi logis, maka ini dapat merusak jati diri kita.

Galatia 6:6-10 ⁶Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu. ⁷Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya. ⁸Sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.⁹Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. 10Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.

Ada seseorang yang lapar, ia tidak punya uang untuk membeli makanan, kemudian ia mencuri tetapi kemudian tertangkap. Mencuri artinya melanggar hukum, setiap pelanggaran hukum ada konsekuensinya. Inilah konsekuensi logis. Apapun alasannya, jika melanggar berarti ada sanksi, akibat, resiko yang harus ditanggung. Logis karena masuk akal.
Konsekuensi logis dalam bahasa sederhana adalah teori sebab akibat, dalam bahasa Alkitab nya adalah hukum tabur tuai. Siapa pun kita, ada resiko kehidupan yang harus kita jalani dalam lingkup konsekuensi logis.
Jika kita menabur kedagingan maka menuai hawa nafsu, menabur rohani maka menuai rohani. Jika kita ramah terhadap orang lain, dan orang senang itulah konsekuensi logisnya.
Kita tidak boleh jemu untuk melakukan apa yang baik. Konsekuensi logis itu harus dijalani apapun resiko dan akibatnya.

Suatu persekutuan diantara umat Tuhan atau orang percaya tidak semudah nyanyian yang dinyanyikan. Seringkali lebih mudah menyelesaikan masalah dengan orang bukan percaya daripada orang percaya karena kita menganggap bahwa orang tersebut belum mengenal Kristus, sehingga menganggapnya wajar. Beda halnya ketika menyelesaikan masalah dengan sesama orang percaya karena kita menganggap orang tersebut sudah tahu Firman.
Bentuk-Bentuk Konsekuensi Logis

Mendatangkan kepujian/keuntungan
Ketika kita bekerja keras maka kita akan dapat hasilnya. Belajar sungguh-sungguh maka akan berhasil dan mendapat penghargaan.

Mendatangkan beban mental
Ada juga konsekuensi yang bentuknya mendatangkan beban mental akibat dari suatu perbuatan yang sudah ia lakukan.

Mendatangkan beban harga diri
Semakin tinggi jabatan seseorang ataupun strata sosial nya, maka orang tersebut perlu menyadari, bahwa konsekuensi logisnya lebih besar, artinya tanggungjawabnya semakin besar bukan hanya mengenai kepujian dan penghormatan saja.
Semakin kita di atas, maka semakin besar tanggung jawab, itulah konsekuensi logisnya. Konsekuensi yang menguntungkan dari kenaikan jabatan/posisi seseorang adalah gaji, wewenang dan penghormatan terhadap orang tersebut semakin naik pula.
Dimanapun kita diberikan suatu kepercayaan, didalamnya ada suatu bentuk tanggungjawab. Seorang pemimpin harus siap dibenci karena kebenaran. Ini pun suatu bentuk konsekuensi logis. Konsekuensi logis tergantung dari peristiwanya.

Mendatangkan beban fisik/material/kerugian
Dalam bisnis pun ada yang namanya konsekuensi logis baik untuk pemilik bisnis maupun untuk pelanggannya. Dalam hal kesehatan, ketika kita tidak menjaga kesehatan kita, maka konsekuensi logisnya adalah kita akan mudah sakit.

Rasul Paulus menerima kepercayaan yang Tuhan berikan kepadanya dan membiarkan orang lain melakukan penilaian terhadap nya sebagai konsekuensi yang harus ia hadapi sebagai pelayan Tuhan.

1 Korintus 4:1-2 Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah. Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.

2 Korintus 4:1-2 Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu kami tidak tawar hati.
Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan; kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah. Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan oleh semua orang di hadapan Allah.

Seperti rasul Paulus, kita tidak perlu lari dari tanggung jawab yang sudah di percayakan, tetapi kita harus hadapi dan selesaikan. Sebagai orang percaya, apapun yang sedang kita hadapi, baik dalam pekerjaan maupun dalam pelayanan jangan pernah lari dari konsekuensi logis, tetapi hadapi dan selesaikan sesuai dengan firman Tuhan. Itu akan menolong kita memiliki jati diri yang benar. Mari jalani apa yang Tuhan sudah tetapkan bagi kita.
By : Pdt. R. F. Martino

TETAPLAH BERJUANG

Yudas 1:3 “Saudara-saudaraku yang kekasih, sementara aku bersungguh-sungguh berusaha menulis kepada kamu tentang keselamatan kita bersama, aku merasa terdorong untuk menulis ini kepada kamu dan menasihati kamu, supaya kamu tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus”.

Besok merupakan peringatan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75. Walaupun sudah berusia 75 tahun kita harus menyadari bahwa Bangsa Indonesia harus tetap berjuang. Angka 75 itu bukan angka yang kecil. Namun kita tahu bahwa belum semua rakyat memahami negerinya sendiri dalam segala aspek. Makanya secara umum kita juga memahami berbagai gejolak-gejolak baik kata-kata, gerakan, atau apapun tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya. Bahkan tuntutan-tuntutan yang tidak mendasar, tidak menangkap bahwa merdeka dari penjajahan memang sudah secara (tidak dijajah lagi/tidak berperang). Tetapi untuk menikmati apa yang namanya kemerdekaan yang sudah diperoleh kata “Berjuang” itu tidak akan pernah lenyap dan masih tetap berlaku didalam kehidupan setiap orang. Karena kita harus menyadari hidup ini bukan hanya perjalanan seiring dengan waktu tetapi hidup ini adalah perjuangan.

Yang akan kita pelajari ialah sederhana, tentu pengetahuan kita berbeda-beda masing-masing sesuai bidang tentang negeri dan bangsanya, oleh karena pemahaman ini berbeda-beda maka mengakibatkan tidak adanya keseimbangan didalam memahami apa itu tetap berjuang. Sebagai orang percaya kita tidak bisa menganggap setiap peristiwa apa saja yang kita lihat, dengar, alami, hanya lewat begitu saja tanpa dapat menangkap apa nilai-nilai ilahi didalam peristiwa itu sendiri, kalau kita tidak bisa menangkap nilai-nilai ilahi dalam setiap peristiwa yang terjadi maka kita tidak akan pernah bertumbuh dalam segala hal karena bermasa bodoh, sikap masa bodoh itu yang akan kita miliki dan juga sikap menuntut hak tanpa melakukan kewajiban.

Dengan peringatan 75 tahun kemerdekaan, makna apa yang dapat kita tangkap seturut sejauh mana yang sudah kita pahami tentang sejarah perjuangan Bangsa ini? Apa yang sudah kita alami secara berbangsa, bernegara dan sebagai warga negara itu tidak beda dengan apa yang sudah dan sedang kita alami sebagai orang percaya. Saudara dan saya sesudah menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi saat itu kita dibebaskan, saat itu kita menerima kemerdekaan secara pribadi tidak akan mengalami kebinasaan melainkan kehidupan yang kekal. Oleh iman kita mengakui, kita memahami bahwa kita telah dimerdekakan dari dosa dari penghukuman yang kekal dan kita sudah menjadi orang percaya. Pertanyaannya sudah berapa lama saudara mengalami hidup merdeka di dalam Kristus? Apa pemahaman Saudara setelah dimerdekakan oleh Yesus Kristus Tuhan dan saudara sudah menjadi orang percaya yang tidak akan binasa melainkan beroleh hidup yang kekal dalam kerajaan Sorga?

Sebagian umat Tuhan memahami bahwa kemerdekaan yang sudah di anugerahkan oleh Yesus Kristus melalui pengorbanannya diatas kayu salib, tetapi pemahaman ini kemudian menjadi masalah tentang hidup di dunia sebagian menganggap karna sudah semua dikerjakan oleh Kristus kita tinggal terima beres di “dunia” sedangkan yang kita terima beres itu di sorga karena itu anugerah, pemberian, pengampunan dosa dan dibebaskan kemudian ia beroleh hidup yang kekal. Tetapi waktu Saudara dan saya menjadi percaya dan terima anugrah keselamatan itu tidak langsung meninggal, melainkan masih hidup di dunia, lalu apa makna daripada kemerdekaan dari dosa dan kemerdekaan dari penghukuman ini dalam kehidupan yang kita jalani di dunia. Mereka menganggap Yesus sudah berjuang untuk kita semua jadi tidak ada lagi perjuangan, kita tinggal terima beres yang penting percaya. Sayang sekali bahwa sebagian pemberitaan di mimbar itu membawa kekristenan mistik, melahirkan kekristenan mistik yang melumpuhkan potensi-potensi yang ada sebab mereka menganggap “percaya saja nanti Tuhan yang bekerja”. Benar! percaya saja itu keyakinan yang ada dalam diri kita yang bisa punya iman dan keyakinan dalam diri adalah orang yang masih hidup, bukan orang yang sudah mati.

Dan kalau kita meyakini, mengimani dalam iman kita tentang diri kita yang masih hidup tentu saja kita tidak akan tinggal diam, tentu saja kita bekerja sama dengan Allah, mana bagian Tuhan, mana bagian kita. Inilah yang menjadi problem, kita mempunyai potensi, namun kadang kala kita tidak mengerjakan apa yang Tuhan sudah lengkapi didalam diri kita, kita menjadi pasif! dan tidak heran kemudian ada nyanyian tentang agama “Candu” mengapa orang komunis mengatakan agama itu candu? karena mereka menemukan ada orang yang kecanduan dengan kegiatan rohani sementara potensi yang ada dalam dirinya luar biasa yang bisa ia kerjakan untuk kemuliaan Tuhan, tapi sekali lagi pasif!
Begitu kita beriman kepada Kristus, tugas kita adalah mempertahankan iman dan tugas mempertahankan iman itulah perjuangan iman. Dimana diperjuangkan? Dimana dipertahankan? Di dunia. Apakah iman berbicara hanya mengenai hal-hal rohani? Tidak. Karena Tuhan menetapkan kamu harus hidup oleh iman berarti seluruh pergerakan hidup kita harus sesuai Firman yang kita imani karena iman ialah Firman. Namun kalau kita pasif dalam semua gerakan hidup kita, kita tidak mau berjuang ada apa dengan kehidupan iman di dunia ini sehingga harus dipertahankan dalam bentuk berjuang. Selalu kita diingatkan, setiap realita hidup adalah tantangan iman! Saudara dan saya ditaklukan oleh realita hidup itu dalam wujud peristiwa-peristiwanya atau iman kita bisa menyelesaikan peristiwa realitas hidup itu yang sedang kita hadapi.
Seluruh aspek hidup kita adalah perjuangan! Keselamatan adalah anugrah, aspek hidup di dunia dalam berbagai bentuknya adalah perjuangan iman, itu perlu kita sadari dan perjuangan iman ini membuktikan bahwa kita mau taat bekerjasama dengan Allah untuk sampai terwujudnya dan tergenapinya seluruh rancangan Allah dalam hidup kita.
Perlu bagi kita supaya kita bisa menempatkan dimana pekerjaan Tuhan dalam bentuk mujizat dan yang mana kerjasama dengan Tuhan supaya tergenapi seluruh rancangannya dan dalam kerjasama dengan Tuhan kita tidak merasa hebat dan mengatakan ini semua hasil usahaku tapi hasil kerjasama dengan Tuhan. Iman bukan hanya sebatas jawaban doa, tapi iman adalah ketaatan tanpa syarat, dan itu perjuangan! Berjuang dimana? Seluruh aspek hidup kita adalah perjuangan. Kalau kita tidak berjuang maka diri ini tidak akan pernah mencapai apa-apa.

1 Timotius 4:10 “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya”.

Apa yang diperjuangkan?
Filipi 1 : 27 “Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus, supaya, apabila aku datang aku melihat, dan apabila aku tidak datang aku mendengar, bahwa kamu teguh berdiri dalam satu roh, dan sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari Berita Injil”.
Orang percaya dalam Kristus tidak boleh satupun yang malas, karna begitu ia malas begitu ia tidak mau bekerja dengan Tuhan secara wujud nyata bentuknya, maka ia tidak akan pernah mencapai apa yang Tuhan sudah rancangkan. Berjuang untuk iman, jadi jika saudara menginginkan sesuatu silahkan berjuang dengan apa yang saudara imani itu. Ada saatnya Tuhan bisa bekerja dengan cara yang kita tidak duga untuk hal-hal tertentu, itu maunya Tuhan bukan doa kita memaksa Tuhan untuk melakukan apa yang kita mau. Kita semua pernah mengalami apa yang namanya mujizat Tuhan, tapi setelah kita semakin lama didalam Kristus maka kita memahami bahwa mujizat itu selalu bersamaan dengan peristiwa tragis.

Apa yang menjadi senjata perjuangan kita?
1 Korintus 10:3-4 “3 Mereka semua makan makanan rohani yang sama 4 dan mereka semua minum minuman rohani yang sama, sebab mereka minum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka, dan batu karang itu ialah Kristus”.

Didalam bekerja keras berjuang untuk perjuangan iman jangan pakai cara-cara duniawi menyelesaikan setiap masalah, tetapi senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, kekuatan Tuhan, Firman Allah yang kita miliki didalam iman kita, kita mentaatinya dan menyelesaikannya sesuai dengan apa kata Firman karna Firman itu berkuasa.
By : Oleh : Pdt. R.F Martino

MILIKILAH MENTALITAS YANG TERUJI DAN TERPUJI (4)

2 Timotius 2:3-4 3Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. 4 Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

Mutlak bagi setiap orang percaya menetapkan bahwa kita harus memiliki mentalitas yang teruji dan didapati terpuji. Namun sayang sekali bagian dari pembinaan mentalitas ini tidak menjadi perhatian bagi gereja- gereja. Karena masalah mentalitas ini sangat kurang diajarkan, sehingga jemaat/orang percaya, memiliki rohani baik tapi mentalitasnya parah. Kita sudah pelajari bahwa kegiatan rohani tidak menjamin mentalitas seseorang itu terpuji. Dan itu hanya dapat terlihat saat diuji.

Seringkali, kita lebih mengutamakan tubuh kita, dipelihara begitu rupa dengan biaya yang mahal, rohani kita dibina dan diisi dengan firman Tuhan, tetapi jiwa yang ada pada kita tidak terlalu diperhatikan. Kita tahu bersaman bahwa, makanan bagi tubuh ialah makanan jasmani, makanan bagi roh adalah firman Tuhan, dan makanan bagi jiwa adalah hiburan tapi anehnya semua yang dianggap hiburan itu dosa. Beberapa orang rohani memiliki kebiasaan menghakimi ketika melihat kelemahan orang lain, mereka lupa bahwa penilaian rohani itu hanya Tuhan yang tahu dan yang paling pantas menilai. Sedangkan seharusnya kualitas rohani seseorang justru dilihat dari mentalitasnya dalam menghadapi realita hidup.
Untuk itu karena kekeliruan inilah kemudian akhirnya banyak orang yang menjadi kecewa karena orang-orang yang menjadi panutannya tidak sesuai dengan yang dia inginkan. Dia lupa bahwa idolanya pun adalah manusia biasa yang mentalitasnya pun belum teruji dan terpuji.
Akibat dari pemahaman yang minim tentang perlunya memiliki mentalitas yang teruji dan terpuji, maka kita menemukan hal-hal yang tidak sepantasnya terjadi, kemudian kita hanya menjadi penghakim, apalagi dia adalah orang rohani. Ini umumnya terjadi dikalangan gereja seperti kita ini. Mereka lupa bahwa orang percaya yang memiliki iman, berada dalam manusia lahiriah .

Ketika kita gagal untuk lulus dalam ujian untuk tampil memiliki mentalitas yang teruji, maka kita tidak akan pernah berhasil untuk menjadi saksi melalui mulut kita, maka kita akan menjadi cemohan dunia dan kita tidak akan bernilai apapun. Ayat firman tadi kita sudah baca mengatakan prajurit yang baik berarti ada prajurit yang tidak baik. Seharusnya kita lebih terpuji karena kita prajurit Yesus kristus, bukan hanya prajurit didunia saja contohnya seorang tentara yang sudah memiliki persiapan yang luar biasa. Dan kita temui biasanya ada yang belum selesai pendidikannya sudah dikeluarkan bahka ada yg sementara bertugas dipecat, karena mentalitasnya bermasalah.

Rasul Paulus berkata: ”Ikutlah menderita!” Kata menderita berarti sesuatu kondisi yang tidak nyaman. Semua bentuk realitas memang tidak enak bagi tubuh kita.
Yang disayangkan adalah, umumnya kita orang percaya selalu suka menghindar dari penempaan mentalitas tapi kita mau menduduki posisi yang bagus dalam hidup kita. Kita lupa bahwa, semakin tinggi jabatan seseorang berarti kedudukannya semakin naik. Itu berarti bukan hanya semakin terhormat, tetapi tanggungjawabnya juga semakin besar. Contohnya tanggung jawab seorang RT berbeda dengan tanggungajawab seorang camat, tanggungjawab seorang camat berbeda dengan tanggungjawab seorang gubernur.
Yang diinginkan hanyalah agar strata kehidupannya naik, dia lupa bahwa tanggungjawabnya besar. Semakin tinggi kedudukannya, maka mentalitasnya semakin terlihat.

Untuk itu mengapa Tuhan mengingatkan bahwa seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya supaya ia berkenan kepada komandannya. Mengapa Tuhan mengambil contoh seorang prajurit? Karena hanya prajurit yang terlatih untuk siap siaga dan tidak menolak apapun yang di perintahkan oleh komandannya, seorang prajurit tidak pernah menghindar.

1. Tahan banting dan bukan “mental krupuk”
Tahan banting ini dalam segala hal yang meliputi tubuh, jiwa dan rohnya. Apapun yang ia hadapi ia tetap harus kokoh kuat dan jangan tumbang.
Bagaimana melatih memiliki mentalitas yang teruji dan terpuji? Sama seperti Yesus memberikan keteladanan lewat ketaatan-Nya dimana saat mentalitasnya diuji, Ia tetap taat sampai pada akhirnya terpuji. Mentalitas kemanusiaan ditaklukkan kepada apa yang menjadi kehendak Bapa.
Sebenarnya contoh pergumulan di Taman Getsemani ini menjadi perenungan bagi kita untuk memahami bagaimana mentalitas kita meresponi realita yang ada sehingga ia menjadi terpuji.

Pembentukan mentalitas tidak bisa dipisahkan dengan penderitaan Tubuh jasmani. Kita lihat pada umumnya didunia sekuler, semua pribadi-pribadi yang memiliki mentalitas yang teruji dan terpuji sudah melewati penderitaan-penderitaan lahir batin.

Apa kata paulus tentang tahan banting? Menyangkut disiplin yang kuat dan penderitaan tubuh. Jadi mari kita pahami, ketika tubuh tidak siap menghadapi apapun didepan kita, maka mentalitasnya menjadi rusak.

2. Disiplin yang kuat, membangun disiplin diseluruh aspek hidup
1 Korintus 9:27 Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.

Berarti penolakkan bisa terjadi karena kelakuan yang dilakukan oleh tubuh. Melatih tubuh juga artinya melatih diri kita dari kepala sampai ujung kaki. Melatih diri adalah memiliki disiplin yang kuat atas diri sendiri.

Bagaimana membangun disiplin yang tinggi disegala aspek tubuh kita? Jangan manjakan Tubuh latih diri dengan disiplin yang tinggi. Contohnya jika kita melatih harus bangun untuk berdoa, jika kita melatih diri untuk kegiatan rohaninya saja susah bagaimana kita mau melatih diri secara jasmani. Ingat! mentalitas tidak bisa dilepaskan dari apa yang bernilai tanggungjawab. Jadi sebenarnya kita sangat bersyukur jika kita dipercayakan sesuatu yang bernilai tanggungjawab. Artinya kita harus lakukan karena sudah dipercayakan kepada kita. Baik dirumah, disekolah, dikerjaan, dan dipelayanan. Berbahagialah jika dipercayakan untuk bertanggungjawab, Disinilah mentalitas kita Teruji apakah kita melaksanakan tanggungjawab dengan baik atau tidak.

Jangan biarkan kita selalu mengeluh karena pekerjaan atau tanggungjawab yang diberikan kepada kita. Kapan kita akan ada diposisi atas jika kita tidak melatih diri kita? Dimulai dari hal yang kecil atau sederhana. Mulai sekarang latih, kerjasamalah antara orangtua dan anak, beri mereka kepercayaan dari yang sederhana.

Ketahuilah bahwa semua yang ditugaskan oleh orangtua adalah kepercayaan dan kehormatan. Sehingga tanpa kita sadari, mentalitas kita terbentuk. Kenapa kita harus mulai dari masa kanak-kanak? Karena kita ada hari ini karena masa lalu. Jika tubuh dimanjakan maka akan sangat berbahaya, kenapa? Karena tubuh bisa menjadi binasa.

Itu sebabnya mengapa dengan melatih tubuh dengan sendirinya, kita memiliki fisik yang kuat.
Daniel 1:8 Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.

Orang-orang benar jika dipersiapkan untuk suatu tugas yang besar, maka ia akan dijamin dengan sangat baik. Sama seperti Daniel yang dihidangkan makanan sama dengan makanan raja.
Kita bisa melatih disiplin jika kita memiliki komitmen yang tinggi. Jika kita tidak memiliki komitmen yang tinggi, maka dimulailah menganggap enteng dan remeh apa yang dipercayakan kepada kita. Jangan pernah bermimpi untuk menjadi orng luar biasa, menjadi kepala dan bukan ekor, jika tidak bekerja sama dengan Tuhan melewati setiap proses yang sulit.
Efesus 5:16 dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.

3. Taat dan tunduk pada otoritas

Roma 13:1 Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.

Pemerintah disini bukan bicara tentang government, tapi authority. Pemerintah disini maksudnya adalah tukang perintah atau yang punya otoritas.Otoritas atas anak adalah orangtua. Otoritas atas istri adalah suami. Otoritas atas pegawai adalah majukan. Jadi maksudnya tiap-tiap orang harus takluk kepada otoritas yang berada diatasnya. Jadi ini perlu kita pahami, latih diri untuk taat kepada otoritas. Dan otoritas itu ada di segala lini kehidupan yang kita jalani.

4. Berjuang habis-habisan (tidak ada kata menyerah)

Kita perlu memahami bahwa dalam berjuang tidak ada kata menyerah. Kita harus melatih diri kita dan tidak ada kata menyerah. Sebab kita percaya bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita diuji lebih daripada kemampuan, Tuhan akan berikan jalan keluar. Kita bersyukur kita sudah melewati sesuatu yang dahsyat di Kota Palu melalui gempa yang luar biasa, namun sampai hari ini jemaat GPPS Palu tetap bisa melewatinya dan tetap berdiri tegak, kokoh dan kuat.
By : Oleh : Pdt. RF Martino

MILIKILAH MENTALITAS YANG TERUJI DAN TERPUJI (3)

2 Timotius 2:3-4 3Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus. 4Seorang prajurit yang sedang berjuang yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupan, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.

MENTALITAS
Setiap orang percaya, terlebih pelayan Tuhan, tidak hanya meningkatkan kualitas rohani /imannya, melainkan harus memiliki mentalitas yang teruji dan terpuji.

Kasus Paulus dan Simon sudah kita pelajari, dan kita menemukan kebenaran alkitab yang berbicara soal iman, berbicara soal roh, jiwa, dan tubuh. Jadi disini kita dibawa untuk melihat dan lebih menyadari bahwa, kita adalah seorang manusia lahiriah yang ada iman didalam Kristus dan itu ada di hati kita, di roh kita. Sebaliknya kita juga harus memahami bahwa, iman yang ada pada kita yang isinya adalah firman yang ada didalam hati/roh kita berada pada diri seorang manusia lahiriah.

Kenapa ini sangat penting? Itulah yang kita temukan dalam alkitab. kita perlu mengagumi alkitab, oleh karena alkitab tidak hanya berbicara tentang mujizat, tetapi alkitab juga bicara tentang kemanusiaan lahiriah dari seorang percaya, sehingga kita sudah pelajari bagaimana keberadaan daripada rasul- rasul sebagai rasul orang rohani dan juga sebagai rasul yang juga manusia jasmani. Dan kita menemukan disitu, ternyata inilah yang membuat adanya keseimbangan. Kita tidak memakai segala hal yang kemanusiaan itu sebagai kompromi, mendispensasikan dosa, tetapi kita perlu memahami, sebagaimana hebatnya jabatan rohani dan pelayanan rohani tidak menjamin bahwa mentalitas orang itu baik.

Karena ketika kita tahu bahwa kehidupan ini berinteraksi dengan realitas, maka kita akan selalu berhadapan dengan mentalitas kita sebagai manusia lahiriah dan inilah yang terlebih dahulu aktif, makanya kita menemukan bahwa walaupun Elia nabi besar tetap minta mati, walaupun Yunus sudah dipakai Tuhan untuk membawa satu negeri bertobat tetapi ia juga tetap minta mati.

Disini kita dapat melihat dan sadar untuk tidak menjadi tukang hakim, kenapa? Karena dikalangan kita, khususnya dikalangan gereja denominasi kita itu suka menghakimi. Jadi pemahaman inilah yang perlu diluruskan sehingga tanpa disadari muncul kesombongan- kesombongan rohani, karena umunya semua kalimat-kalimat mimbar itu kalimat penghakiman, sehingga muncul standar ganda tentang kehidupan rohani.

Pemahaman berikutnya yang juga perlu diluruskan adalah yang ditanmakan kepada jemaat bahwa seseorang sudah penuh Roh kudus, sudah berbahasa roh semuanya sudah beres, padahal Roh kudus juga berada dalam manusia lahiriah dan orang yang dipenuhi Roh Kudus dan tidak dirasuk, dia sadar 100%.

Satu bulan yang lalu saya membuka Facebook dan ketemu dengan teman lama seorang hamba Tuhan punya klipan video, tetapi yang memasukan itu orang lain yang mengambil klipan video dari hamba Tuhan ini, termasuk ada salah satu jemaat juga yang mengambil klipan video ini. Hamba Tuhan ini dulu waktu masih muda, punya banyak anak asuhan, baik anak asuhan secara jasmani, maupun secara anak asuhan rohani. Yang disayangkan sekarang sudah menjadi usia lanjut, mungkin juga lebih tua dari saya atau sebaya, tetapi sayang mindset-nya tidak berubah, yaitu dimana dia berkhotbah dari dulu sampai hari ini dia suka memaki pendeta, dia kecam gereja-gereja dan anti orang-orang yang fulltime.

Waktu saya berada di Australia, disana mereka akan membuat natal oikumene, jadi teman saya ini dipanggil untuk berkhotbah disana, kemudian teman saya yang menjadi tuan rumah sangat menyesal mengundang orang tersebut untuk berkhotbah, padahal orang tersebut sudah terkenal di Indonesia, apalagi dikalangan anak muda dulu. Dia menyesal mengundangnya karena khotbah natal yang dibawakan ada kalimat makian untuk pendeta dan gereja.

Mengapa seperti itu? itulah cara lama dan sebagian gereja kalangan kita masih menjadi tukang hakim. Kenapa bisa jadi tukang hakim? Karena tidak dapat menemukan bahwa manusia rohani itu berada didalam manusia lahiriah. Serohani –rohaninya kita, tetap manusia lahiriah yang tidak luput daripada yang namanya mengalami mentalitas rusak.

Apa isi dari khotbah hamba Tuhan tersebut? “Kenapa pendeta tidak bisa tegas? Ya, memang tidak bisa tegas saudara- saudara, saya bicara terus terang, coba saudara bayangkan, bagaimana bisa berbicara keras, sedangankan yang memberikan persembahan itu duduk di depan, ada orang berduit didepan pendeta yang berkhotbah, makanya dia katakan pendeta jangan fulltime, harus kerja dunia, ongkosi diri sendiri supaya tidak dipandang enteng, supaya berani untuk berbicara.”

Saya berpikir mungkin dia pernah menemukan pendeta yang punya model seperti itu, tetapi jangan dianggap semua pendeta fulltime yang sudah menyerahkan hidupnya adalah orang-orang hina. Kenapa dia bisa berkata seperti itu? Sederhana, itu adalah masalah mentalitas, memang dia seorang pendeta, dan mungkin dia temukan orang yang seperti itu, hal ini yang membuktikan meskipun dia seorang pendeta kalau mentalnya rusak, mentalnya parah, dia akan jadi mental seperti itu, mental yang sungkannisme yang tidak beralasan, sehingga sulit menyuarakan kebenaran, karena dia berpikir, bagaimana kita bisa menyuarakan kebenaran, sedangkan orang yang memberikan kita makan ada dihapan kita, betapa rusaknya mental orang tersebut.

Jadi kita tidak bisa menghakimi hamba- hamba Tuhan, atau orang lain menurut mindset-nya kita sendiri, mungkin dia sulit berkata terus terang, kalau ada orang yang memberikan sesuatu kepadanya, nah berarti mentalnya rusak.

Kasus-kasus mentalitas
Mental tahu
Tidak ada pendirian, tidak ada ketegasan, tidak ada kejelasan, dan mengambang. Gampang untuk dihancurkan
Mental gratis
Umumnya dikalangan hamba- hamba Tuhan, tetapi tidak semuanya. Kenapa? Karena juga pengaruh budaya kita yang mau semunya serba gratis, sudah terlalu keenakan diberikan sesuatu tanpa bayar.
Mental kacung
Tidak bisa berinisiatif dan tidak bias bergerak kalau tidak diperintah padahal sudah menjadi tugasnya. Mental ini tidak akan bias membuat orang berkembang, karena tidak memiliki kreatifitas, tidak berkembang pemikirannya, tidak berinisiatif. Apalagi jika seseorang yang memiliki mental ini sudah menjadi pelayan Tuhan, maka tidak aka nada masa depan.
Mental boss
Atau biasa diistilahkan dengan kata “nge-boss”. Belum menjadi boss, tetapi sudah bersikap seperti boss yang suka memerintah.
Mental parasite
Hanya mau bergaul dengan orang-orang tertentu, terlalu bergantung kepada orang dan merugikan orang lain, hal ini sangat Tuhan benci, karena merusak iman, imannya sudah mengandalkan manusia, tidak bisa mandiri.
Mental penjilat
Suka mengambil keuntungan dari orang lain, menguras orang lain, yang lama kelamaan jika dibiarkan akan menjadi mental penghianat.

Jadi jangan beranggapan bahwa mentalitas ini tidak penting, itulah yang akan aktif selama kita hidup dan menghadapi realita dikehidupan nyata. Semua kualitas iman kita itu harus nampak dan diekspresikan oleh mentalitas kita, bukan ekspresi iman kita, dengan pujian, penyembahan, doa dan puasa, itu hanya jenis kegiatan iman. Tetapi mengekspresikannya dalam kehidupan hari-hari dalam masyarakat berinteraksi dengan sesama manusia, yang dinampakan ialah mentalitas.

Yang mengalami kerusakan-kerusakan mental ini, justru orang-orang rohani, orang-orang yang giat dalam pelayanan, dan akhirnya akan menjadi batu sandungan bagi orang lain.

Kita harus memahami kasus-kasus seperti ini. Gereja harus memperhatikan pemulihan unsur jiwani, bukan hanya pemulihan rohani. Mentalitas itu berwujud perilaku.

Banyak tokoh-tokoh alkitab yang mengalami pembentukan mentalitas seperti Elia, yunus dan Paulus. Nah sekarang, apakah Yesus juga mengalami pembentukan mentalitas?

Matius 26:36-42 36 Maka sampailah yesus bersama murid-muridnya ke suatu temat yang bernama getsemani. Lalu ia berkata kepada murid-murid-Nya: “duduklah disini, sementara Aku pergi kesana untuk berdoa. 37 Dan ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus serta-Nya. Maka mulailah ia merasa sedih dan gentar, 38 lalu kata-Nya kepada mereka: “Hati Ku sangat sedih seperti mau mati rasanya. Tingallah disini dan berjaga jagalah dengan Aku. 39 Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan beerdoa, kata-Nya: “Ya Bapa ku jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu daripada-Ku, tetapi janganlah seperti yan Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau Kehendaki.” 40 Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan berkata kepada Petrus: “Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku? 41 berjaga jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh kedalam pencobaan: ro memang penurut, tetapi daging lemah.” 42 Lalu Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!”

Yesus sendiri dalam kemanusiaannya, “kalau boleh cawan ini lalu daripada-Ku.” Pergumulan yang begitu berat antara manusia lahiria dan manusia rohani sebagai anak Allah dan sebagai anak manusia.

Pembentukan mentalitas harus ada pembinaan, dan harus terjadi dalam kehidupan kita, karena inilah yang aktif setiap saat dalam menghadapi segala sesuatu, dan iman kita yang harus mensuplai segala yang diperlukan, bukan sebaliknya iman kita dihancurkan oleh mentalitas kita.

Di ayat 42, ujian telah melahirkan menjadi terpuji, menghasilkan mentalitas yang diuji, keluar sebagai terpuji. Tidak ada lagi tekanan, tidak ada lagi depresi, tidak ada lagi pergumulan yang begitu menekan dan membuat rasa ingin mati, menjadi relah, terjadilah seturut Kehendak-Mu.

Marilah kita pahami, betapa perlunya kita harus memiliki mentalitas teruji dan ketika mentalitas teruji itu bukan berada di kamar doa, bukan ditempat puasa, tetapi di kehidupan sehari hari ketika kita menghadapi masalah. Kenapa? Oleh karena respon kita terhadap masalah yang kita hadapi menunjukan kita termasuk kategori mentalitas yang mana?

Jadi jangan pernah melihat kegiatan rohani orang, tetapi lihatlah mentalnya, bagaimana ia bereaksi ketika menghadapi suatu masalah. Iman tidak bisa dilihat, tetapi iman teraplikasi didalam mentalitas setiap orang.

MENGAPA HARUS MEMILIKI MENTAL PRAJURIT?
Hidup oleh iman adalah medan peperangan rohani(pergumulan iman).

BERMENTAL PRAJURIT
Tahan banting dan bukan “mental kerupul, “mental tahu” dlsbnya.
Disiplin yang tinggi.
Tunduk & taat kepada otoritas.
Siap berjuang habis-habisan.

Jangan pernah takut untuk dibully, orang-orang yang dibully setelah berhasil melewati peristiwa dibully, ia akan memiliki mentalitas yang teruji dan terpuji, kecuali ia tidak memahami apa makna dari dari kejadian dibully itu, ia akan tahan menghadapi. Tetapi kalau ia tidak tahan menghadapi, ia kan hancur, terbawa menjadi orang-orang yang jiwanya rusak.

Sebagian dari orang-orang yang berhasil juga mempunyai berbagai macam kesaksian tentang bagaimana ia di hina, dibully, tetapi manusia biasanya justru langsung merasa terbawa arus dengan pujian.

Kita harus tahan banting, pembinaan fisik juga ada hubungannya dengan mentalitas. Penderitaan-penderitaan fisik juga membentuk dan membawa mentalitas kita menjadi kuat. Oleh karena itu, mengapa prajurit harus dibina fisiknya.

Jadi disini, bukan otoriter, tetapi bagaimana kita taat kepada pemerintah dan melatih diri kita terbiasa melakukan perintah yang diberikan kepada kita dan mentaatinya.

Fisik juga perlu kita jaga, untuk Tuhan pakai. Pada saat kita sakit, kita berani datang kepada Tuhan memang sudah benar, tetapi kita harus menangkap, perkataan Tuhan, “kenapa bisa sakit? Tuhan belum pakai, sudah sakit.” Tuhan sudah banyak memberikan kita kesempatan sebelum kita sakit. Oleh karena itu miliki lah fisik yang tahan banting, kedisiplinan,taat kepada otoritas dan berjuang habis- habisan, karena kita tidak tahu waktunya kapan Tuhan panggil, maka manfaatkan kesempatan- kesempatan yang Tuhan berikan.
By : Pdt. R. F Martino