This is default featured slide 3 title
This is default featured slide 4 title
Test 1

Category Archives: TESTIMONI

AMAN DALAM LINDUNGAN TUHAN

Tana Toraja, 06-10-2018
Jumat, 28 September 2018, Aktifitasku sebagaimana biasanya bangun pagi berdoa langsung baca Firman Tuhan di Mazmur 91. Ini cara Tuhan mempersiapkan diriku kurang lebih dua bulan sebelum gempa.
Setiap hari saya perkatakan Firman Tuhan ini. Terkadang setelah baca, saya langsung share di WhatsApp Group komsel dan Familyku. Setelah itu saya pergi jalan pagi sambil doling (doa keliling) di seputaran Lasoani, memberkati para tetangga, berdoa perlindungan Tuhan (Puji Tuhan, pasca gempa rata-rata rumah tetangga aman saya lihat dari blok ke blok, hanya beberapa pagar yang roboh). Pukul 06.00 saya balik ke rumah untuk mendengar Firman Tuhan yang disampaikan oleh Pdt. Gilbert Lumoindong yang menjadi kekuatan dalam mengawali aktivitasku setiap pagi. Setelah itu baru saya memasak untuk sarapan keluarga kecilku, sekaligus menyiapkan bekal ke kantor untuk bekerja.
Jumat itu, saya ke kantor langsung senam bersama teman-teman di kantor, tepat pukul 12.00 Wita, saya pulang ke rumah untuk istirahat, sekitar pukul 14.00 lewat, Gilbert, anak saya bilang : “Gempa, Mama”, saat saya siap-siap ke ibadah kaum wanita, saya rasakan gempa lagi.
Saat sementara ibadah kaum wanita, gempa kembali terasa. Saat itu ibu gembala memberitakan Firman Tuhan yang semuanya berpusat pada berdoa dan berjaga-jaga memberikan kekuatan saat itu. Selesai Firman Tuhan saya langsung pulang karena saya harus balik ke kantor lagi. Hal itu setiap hari Jumat, kalau saya berada di Palu, saat mengikuti kaum wanita, selesai Firman Tuhan disampaikan saya harus balik ke kantor.
Setelah dari kantor mampir di rumah keluarga di jalan Tanjung Angin karena besoknya ada ibadah syukuran, harapan mau bantu-bantu. Baru tiga menit tiba, gempa terjadi kembali. Yang keluar dari mulut saya saat itu Tuhan Yesus Tolong, darah Yesus berkuasa, Tuhan Yesus punyaMu langit dan bumi selamatkan kami, sambil saya terguling-guling
di tanah, mau berdiri tidak bisa, pipiku memar terbentur di tanah, tapi Tuhan sudah sembuhkan Puji Tuhan.
Sudah jauh dari rumah, saya ingat tas saya ketinggalan mau menghubungi suami saya Handphone saya dalam tas, saya lari masuk kerumah lagi ambil tas saya, begitu keluar puji Tuhan sudah ada suami saya balik lagi jemput saya. Saya langsung teringat Gilbert sendiri dirumah, mau pulang baru naik motor gempa lagi, tiarap lagi di tanah, oh Tuhan Tolong darah Yesus berkuasa, sejak itu terus bahasa roh dalam menelusuri perjalanan menuju kerumahku dalam kepadatan orang-orang. Tiba di rumah saya langsung peluk Gilbert Puji Tuhan Gilbert tidak apa-apa.
Gilbert dua kali di luputkan dari maut, pulang kuliah dia mohon izin sama saya, “Mama sebentar sore saya dengan teman mau ke Jonoge kami diundang dari SMA 2 adik-adik kelas ada camping disana, berangkat sore ini”, saya jawab “apa sudah konfirmasi dengan ibu Kristin” guru agama Kristen di SMA 2 (salah satu korban meninggal di Jonoge saat kegiatan tersebut) dijawab “iya ma, karena tiap tahun memang begitu kakak kelas walau sudah tamat masih diundang khusus pengurus PPK saja”, saya jawab “baik nanti saya konfirmasi sama ibu Kristin”. Waktu saya diantar Gilbert ke kaum wanita, saya bertanya lagi, “apakah jadi ke Jonoge? Jam berapa?” dia menjawab “tidak jadi mama kata temanku besok saja hari sabtu”. Puji Tuhan Gilbert tidak jadi ke jonoge.
2. Setelah pulang antar saya dari kaum wanita, rupanya Gilbert tertidur. Tapi tiba-tiba sebelum gempa besar terjadi, ia seperti dibangunkan, padahal setahu saya kalau Gilbert tidur tiada duanya, ngorok dan susah bangunnya, hal inilah yang menjadi salah satu faktor dia tidak kuliah diluar kota. Tetapi andaikata Gilbert tidak terbangun sebelum gempa terjadi, dia bisa tertindis lemarinya, karena lemarinya jatuh tepat ditempat tidurnya. Puji Tuhan diluputkan.
Pasca gempa dkami tidur di jalan beralaskan karpet beratapkan langit sambil bersyukur oh Tuhan terimakasih atas pertolongan-Mu, saya terus berbahasa roh saat itu karena gempa sewaktu-waktu datang. Malam kedua kami dipanggil oleh kakak untuk berkumpul di depan teras rumahnya. Di situ kami terus berdoa minta pertolongan. Kali ini saya menggunakan kesempatan untuk membimbing jiwa-jiwa terima Tuhan Yesus secara pribadi dalam hidup mereka, keluargaku yang mengungsi disitu.
Puji Tuhan, sejak pasca gempa walaupun listrik
tidak menyala, air tidak mengalir, tetapi setiap sore saya mandi dan mengangkat air minum dari rumah teman kantor yang airnya masih mengalir. Makanan masih ada stok, dan dapat berbagi dengan tetangga, Puji Tuhan.
Hari keempat, kakak saya dari Toraja menelepon terusnya menerus dan menyuruh kami
untuk pulang, tapi saya terus mencari kehendak/petunjuk Tuhan apa yang saya harus lakukan, saya berdoa kepada Tuhan jika Tuhan kehendaki Tuhan pasti kirim bensin dan sopir karena suami saya belum mau pulang dengan kakak karena masih ada sepupu saya satu keluarga belum ditemukan di Petobo.
Jika Tuhan kehendaki pasti Tuhan sediakan semua. Kakak saya di Toraja masih terus menelpon sampai marah-marah saya, katanya,
“Kamu tidak tau keadaan kamu, tapi saya di Toraja tau apa yg terjadi di Palu”
Jadi saya jawab:
“Tidak ada sopir dan bensin hanya sedikit saja di mobil”.
Akhirnya kakak saya mengirim sopir dua orang untuk menjemput kami. Tanggal 3 Oktober 2019 malam kami langsung pulang. Bensin yang saya perkirakan hanya sampai di Parigi, tapi Tuhan terus menyertai diperjalanan tiba di Poso.
Saat akan beli bensin, pertamina tutup. Ada bensin di jerigen dijual 5 liter 150 ribu, saya anggap pembodohan ini keadaan sudah begini masih ada orang yang tidak punya belas kasian, uang di dompet tinggal 250 ribu. Saya tanya sopir,
“Bagaimana? Masih bisa sampai Tentena”
“Bisa tante” jawabnya
“Puji Tuhan, ayo kita lanjut lagi”, kataku.
Setelah kami sampai di Tentena benar ternyata Tuhan siapkan di Tentena, langsung saya isi penuh 230 ribu. Sisa uang 20 ribu saya kasih sopir minum kopi
di Taripa. Puji Tuhan kami lanjut Pendolo, ada saudara dalam Tuhan di Pendolo menyediakan sarapan bagi kami robongan lima mobil. Tuhan Yesus baik, kami aman dalam lindungan-Nya. Firman Tuhan Mazmur 91 terus digenapi Tuhan dalam setiap orang yang
sungguh-sungguh percaya.
Walaupun saat itu kami hanya bisa saling mendoakan, saya berusaha mencari kabar Tim Penggembalaan dan juga teman-teman komsel,
puji Tuhan semua dalam keadaan baik-baik saja.
Saya berkali-kali mencoba menghubungi
anggota komsel kami, Oma dan Opa Tiolemba, anggota komsel saya tetapi tidak berhasil, hingga suami saya mencari ke rumah mereka, ternyata sudah aman berada di Tentena bersama keluarganya.
Sesungguhnya saya menyadari kita sudah dipersiapkan Tuhan, dan Tuhan pula meluputkan kita sesuai janjiNya. Kita tetap bersyukur dan bersyukur.
Haleluyah Terpujilah nama Tuhan. AMIN

Oleh : Agnes Maria Siaba