This is default featured slide 3 title
This is default featured slide 4 title
Test 1

HIDUP DALAM KEHENDAK TUHAN (2)

Yesaya 55:8-9 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

Roma 9:20-21 Siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: Mengapakah engkau membentuk aku demikian?” Apakah tukang periuk tidak mempunyai hak atas tanah liatnya, untuk membuat dari gumpal yang sama suatu benda untuk dipakai guna tujuan yang mulia dan suatu benda lain untuk dipakai guna tujuan yang biasa?

 MEMAHAMI KEDAULATAN TUHAN

Dalam kehidupan orang percaya selama di dunia ini, hadirnya realita-realita hidup – terutama di penghujung akhir zaman – bisa menggoyahkan iman. Sayang sekali banyak umat Tuhan yang tidak siap. Mengapa? Karena banyak gereja yang tidak mempersiapkan mereka. Padahal Hamba Tuhan memiliki tanggung jawab untuk mendidik umat Tuhan masuk dalam keutuhan rencana Allah.

Kita mengaminkan ayat yang berkata bahwa pencobaan yang kita alami adalah pencobaan biasa dan Tuhan tidak membiarkan kita dicobai melebihi kekuatan kita, namun kita harus tahu bahwa Tuhan juga berdaulat untuk mengizinkan sesuatu hal terjadi di batas kemampuan kita. Jadi jika kita mempunyai kekuatan 100 dan Tuhan memberi kita ujian sebesar 25 dari kemampuan kita seharusnya kita masih mampu menanggungnya, namun seringkali saat baru mendapat ujian sebesar 25 dari kekuatan kita, kita sudah mengomel. Bagaimana jika Tuhan mengizinkan ujian sebesar 95 dari kemampuan kita? Tuhan tahu bahwa kita mampu menanggungnya.

Tuhan mengajar kita sesuai pertumbuhan rohani kita. 3 tingkat pengalaman kasih Tuhan kepada kita:

  1. Kasih dalam bentuk kelembutan (masa bayi) Saat kita baru saja lahir baru, kita adalah bayi-bayi rohani. Semua doa-doa kita mudah dijawab Tuhan. Kita mudah sekali bersaksi betapa baiknya Tuhan dalam hidup kita.
  2. Kasih dalam bentuk didikan (masa remaja). Pada masa ini kita mengalami berbagai bentuk didikan Tuhan yang membawa kita pada proses kedewasaan.
  3. Kasih dalam bentuk tanggung jawab (masa dewasa).

Saat kita menghadapi berbagai realita hidup, jangan hanya berhenti sampai disitu. Jadikanlah pengalaman-pengalaman hidup kita menjadi pengalaman-pengalaman iman, karena dari situlah kita dididik oleh Tuhan untuk menjadi dewasa.

Kita harus memahami hal ini: Saat kita berhadapan dengan kehendak Tuhan, kita berhadapan dengan “KEDAULATAN TUHAN”. Dan saat kita berhadapan dengan “KEDAULATAN TUHAN”, A adalah A, B adalah B, dan tidak ada satupun yang dapat mengubah kedaulatan Tuhan tersebut bahkan oleh doa dan puasa sekalipun.

Dalam hidup ini, ada banyak hal-hal yang tidak diduga yang tidak bisa dianalisa oleh akal pikiran kita, namun hanya bisa dijawab oleh iman kita yang mampu menangkap kehendak Tuhan.

  1. HIDUP MENGANDALKAN TUHAN, MENARUH HARAPAN HANYA KEPADA TUHAN

Yeremia 17:7-8 Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah

Orang yang percaya pada Tuhan adalah orang yang mengandalkan Tuhan, dan orang yang mengandalkan Tuhan akan diberkati Tuhan sesuai dengan ayat diatas. Namun jika orang percaya keliru memahami ayat tersebut, maka orang itu berpikir karena ia mengandalkan Tuhan maka ia tidak perlu bekerja keras, sebaliknya ia menjadi orang yang pasif/pemalas. Ini tidak benar.

Sebagai manusia lahiriah, setiap orang punya rancangan sendiri dan menjalaninya dengan pikiran sendiri, perasaan sendiri, dan kehendak sendiri. Karena itulah maka rancangan dan jalan kita sendiri tidak bisa ketemu dengan rancangan Tuhan dan jalan Tuhan yang tingginya seperti langit dari bumi dengan rancangan dan jalan kita.

Saat seorang percaya mengalami hal-hal yang diluar rancangan mereka, maka mereka bertanya mengapa Tuhan mengizinkan hal tersebut terjadi dalam hidupnya. Saat ia tidak mampu menangkap kehendak Tuhan, akhirnya ia mengalami kekecewaan kepada Tuhan. Sebagai contoh yang pernah terjadi: Ada keluarga yang cinta Tuhan namun mereka mengalami peristiwa menyedihkan secara manusia yaitu rumahnya disita bank. Mengapa Tuhan mengizinkan umat-Nya masuk dalam pengalaman-pengalaman seperti itu?

Pengalaman rohani selama kita masih bayi rohani adalah kelembutan, kita dimanja oleh Tuhan. Doa kita demikian mudah dijawab oleh Tuhan.

Namun saat kita mulai bertumbuh, kita juga mulai bertumbuh dalam pikiran sendiri, perasaan sendiri, dan kehendak sendiri. Maka kasih Tuhan dinyatakan dalam bentuk didikan.

Ayub 14:19 seperti batu-batu dikikis air, dan bumi dihanyutkan tanahnya oleh hujan lebat, demikianlah Kauhancurkan harapan manusia

Ayat ini sedang terjadi di negeri kita, terjadi longsor di banyak tempat dimana batu-batu dikikis oleh air dan tanah hanyut oleh hujan lebat. Lebih lanjut ayat diatas berkata bahwa demikianlah Kauhancurkan harapan manusia.

Bukankah setiap manusia punya pengharapan dalam hidupnya? Dan sebagai orang percaya bukankah orang itu menaruh harapannya kepada Tuhan?

Dalam hidup kita sebagai orang percaya dalam unsur jiwani kita masing-masing juga menciptakan harapan-harapan secara manusia dan seringkali kita tidak menyadari bahwa harapan-harapan tersebut sudah lebih besar daripada harapan kita kepada Tuhan. Kadang hal ini beda tipis antara harapan secara manusia dan harapan kepada Tuhan, karena dalam diri kita ada manusia rohani dan ada manusia lahiriah. Kita harus memahami hal ini supaya kita tidak menjadi kecewa. Seringkali kita bertahan dalam harapan-harapan kita sebagai manusia, bahkan kadang kita berpikir bahwa itu sesuai kehendak Tuhan. Padahal jika hal itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, maka Tuhan bisa menghancurkan harapan kita.

Mengapa Tuhan menghancurkan harapan kita? Supaya kita kembali belajar memperbaiki pengharapan kita kepada Tuhan karena pengharapan kita sudah beralih kepada yang lain yaitu kepada kekuatan diri sendiri.

Ingatlah hal ini: “Jalan buntu bagi manusia biasa adalah putus asa namun jalan buntu bagi orang percaya bukanlah keputusasaan namun kesempatan memperbaiki penyerahan diri kepada Tuhan.”

Jangan lupakan iman sebesar biji sesawi yang dulu pernah kita miliki. Dimana saat itu kita benar-benar mengandalkan Tuhan maka kita melihat banyak perkara yang Tuhan kerjakan dalam hidup kita. Iman sebesar biji sesawi yang membuat kita sudah sampai pada hari ini. Iman ini harus dijaga dan dipelihara.

Roma 8:28 Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Tetaplah mengandalkan Tuhan sehingga kita terlatih dan terjaga untuk tetap berada dalam kehendak Tuhan.

Maka saat kita mengalami harapan kita secara manusia dihancurkan, segeralah bersandar kepada Tuhan supaya kita tidak kecewa. Bersandar kepada Tuham sama seperti kita dengan penuh keyakinan bersandar pada tembok dan kita yakin tembok tersebut kuat untuk menahan tubuh kita sehingga kita takkan terjatuh.

Pdt. DR. R. F. Martino

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *