This is default featured slide 3 title
This is default featured slide 4 title
Test 1

MERESPONI KASIH KARUNIA ALLAH

Lukas 10:27 Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.

Mazmur 116:12-14 Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya.

Tuhan menghendaki agar jerih payah kita bagi kepentingan-Nya tidak sia-sia karena setiap jerih payah kita bagi Tuhan ada pahala di sorga. Ada sebagian orang percaya yang sudah lahir baru, namun tidak mau berjerih payah bagi Tuhan. Sebagian lagi sudah berjerih payah bagi Tuhan sebagai bentuk kasihnya kepada Tuhan tetapi kemudian “patah di tengah jalan.” Namun mari kita melihat apa yang terjadi dengan jemaat Efesus.

Wahyu 2:1-5 Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu. Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta. Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah. Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.

Kita tidak bisa membuat tuduhan bahwa jemaat Efesus adalah jemaat yang tidak berguna. Semua yang baik ada di jemaat Efesus:
1. Berjerih lelah
2. Tekun
3. Tidak kompromi
4. Sabar dan menderita oleh karena nama Tuhan
5. Tidak mengenal lelah
Namun Tuhan mencela mereka karena mereka telah meninggalkan kasih mereka yang semula kepada Tuhan. Jika kita sudah berjerih payah namun kita dicela, betapa kecewanya kita. Jadi kita bisa membayangkan betapa kecewanya mereka karena Tuhan mencela mereka. Namun sebenarnya Tuhan menegur mereka supaya mereka bertobat.
Perintah Tuhan adalah supaya kita mengasihi Dia dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan. Mengapa Tuhan seakan-akan menekan kita? Mengapa mengikut Tuhan sepertinya susah? Kita akan mengetahui jawabannya.
Pemahaman yang benar seharusnya menghasilkan sikap iman yang benar, dan sikap iman yang benar menghasilkan respon/tindakan iman yang benar.
Rasul Paulus meresponi kasih karunia Allah dengan bekerja keras lebih daripada para rasul. Mengapa ia bisa seperti itu? Karena ia paham, ia dulunya bernama Saulus yang menganiaya orang percaya namun oleh kasih karunia Allah ia diselamatkan.
Begitupun sebelum mengenal Kristus, kita adalah orang berdosa dengan beban yang berat, dan upah dosa ialah maut /neraka/kebinasaan kekal. Tetapi karunia Allah adalah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Apa respon kita setelah kita memahami hal diatas? Kita bertobat, membuka hati dan menerima Yesus, maka kita menjadi anak-anak Allah. Inilah yang disebut Kelahiran Baru. Maka kita yakin setelah kita mati maka kita akan masuk surga.
Apakah sudah selesai? Belum, karena kita belum mati. Lalu respon apa yang kita harus lakukan dalam menjalani hidup di dunia? Dengan mengasihi Tuhan dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi, dan segenap kekuatan kita. Perintah ini adalah untuk kita lakukan selama di dunia.
Lalu mengapa ada sebagian yang sudah merespon dengan menerima Yesus untuk urusan akhirat (masuk surga) namun tidak nampak responnya dalam menaati Firman Allah dalam kehidupannya di dunia? Kita akan memahaminya dari kisah berikut ini:
Lukas 17:11-19 Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh dan berteriak: “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Lalu Ia memandang mereka dan berkata: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam.” Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir. Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring, lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria. Lalu Yesus berkata: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?” Lalu Ia berkata kepada orang itu: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”

Orang kusta pada zaman dulu langsung disingkirkan/diasingkan, dan mereka harus berseru, “Najis! Najis!” supaya orang tahu bahwa mereka kusta. Kusta juga dianggap kutuk pada masa itu. Jadi singkatnya, mereka adalah orang terkutuk. Mereka berteriak dari jauh memohon belas kasihan Yesus dan Yesus menyembuhkan mereka. Ternyata hanya 1 orang yang kembali dan berterima kasih, dan orang itu adalah orang Samaria – orang yang tidak dianggap oleh orang Yahudi. Yesus mencari 9 orang yang lain dan bertanya mengapa yang 9 orang tidak kembali berterima kasih padahal mereka juga sudah disembuhkan?
Inilah yang banyak terjadi dalam kehidupan kita. Tidak semua dari 10 orang kusta yang disembuhkan yang kembali berterimakasih.
Semua kita yang ada disini adalah orang-orang yang sudah merespon menerima Kristus, ditahirkan dari dosa dan diselamatkan dari hukuman kekal. Namun itu respon untuk urusan akhirat. Bagaimana dengan urusan di dunia? Jangan lupa bahwa iblis selalu mengincar kita untuk menjatuhkan kita agar kembali kepada kebinasaan. Iblis sakit hati karena seharusnya kita orang berdosa layak dihukum dan dibinasakan, namun Tuhan membebaskan kita dari hukuman maut melalui pengorbanan-Nya di kayu salib saat kita menerima Yesus. Maka perlu kita pahami bahwa cara iblis mengincar kita tidak harus dengan malapetaka besar seperti yang dialami Ayub, namun cukup hal-hal biasa yang bisa mengubah hati kita!
Sebenarnya iblis tidak punya hak menyentuh hati kita. Tetapi saat kita membuka celah bagi iblis, maka ia akan menerobos masuk melalui unsur jiwani yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak. Jangan berpikir bahwa orang percaya bahkan yang sudah dibaptis Roh Kudus steril dari dosa dan godaan iblis. Setiap realita hidup punya kemampuan menggoyahkan iman dan bahkan bisa menumbangkan iman. Dan langkah pertama seseorang goyah dalam iman adalah saat ia menolak hati nuraninya, maka pada akhirnya kandaslah imannya. Ia memang tidak murtad, namun ia tidak melakukan perintah Tuhan. Ia sudah lahir baru dan mungkin saja sudah dibaptis Roh Kudus namun ia menolak suara Roh Kudus yang berbicara kepadanya. Jadi jangan kecewa jika kita menemukan orang-orang yang harusnya jadi panutan namun tidak menjadi panutan karena memang mereka lahir baru tetapi tidak menjalani hidup barunya.

Lebih lanjut, kita menemukan bahwa ahli Taurat yang bertanya kepada Yesus tersebut berusaha membela diri, dan bagaimana Yesus mengajar dia. Lukas 10:27-37 “Jawab orang itu: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” Kata Yesus kepadanya: “Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.” Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: “Dan siapakah sesamaku manusia?” Jawab Yesus: “Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan. Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?” Jawab orang itu: “Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: “Pergilah, dan perbuatlah demikian!”

Yesus menggunakan contoh orang Samaria yang merupakan orang yang tidak dianggap oleh orang Yahudi tetapi bisa menunjukkan kasih kepada orang lain, sebenarnya ini adalah templakan bagi ahli Taurat tersebut. Bagaimana mungkin orang Samaria memiliki kasih lebih besar kepada sesamanya daripada ahli Taurat dan imam Lewi? Apakah ahli Taurat dan imam Lewi tidak memiliki hati nurani melihat orang yang dirampok? Ada! Namun mereka menolak hati nuraninya sehingga kandaslah iman mereka.

Kita harus memahami urutan peristiwa akhir zaman supaya tidak dibingungkan. Sebelum masuk ke dalam kekekalan, Yesus datang kembali menjemput gereja-Nya untuk meluputkan mereka dari masa antikristus. Setelah masa antikristus, Yesus datang kembali bersama orang-orang kudus-Nya untuk memerintah selama 1000 tahun di bumi. Saat Kerajaan 1000 Tahun Damai menjadi apakah kita?
Mengapa Tuhan memerintahkan kita untuk mengasihi Allah dengan segenap unsur hidup kita? Karena ada kasih yang lain yang menghadang kita dan punya kemampuan menerobos masuk ke hati kita, yaitu kasih akan dunia!

1 Yohanes 2:15 Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.

Kasih akan dunia bisa menguasai pikiran, perasaan, kehendak (seluruh unsur jiwani) kita. Karena itu mengapa Tuhan melindungi diri kita dengan cara kita harus mengasihi Dia dengan segenap unsur hidup kita! Jangan anggap remeh kasih akan dunia! Cinta akan dunia luar biasa kuatnya dan bisa menerobos unsur jiwani, karena kehidupan kita sehari-hari dimotori oleh unsur jiwani. Jika cinta akan dunia sudah berhasil menerobos unsur jiwani, maka ia berhasil menembus ke hati kita.

1 Yohanes 2:16-17 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.

Beri selalu respon untuk mengasihi Tuhan. Saat cinta bersemi di hati, maka akan menghasilkan respon yang kemampuannya melampaui hukum logika, karena Hukum Kasih dan Hukum Iman melebihi Hukum Logika.

By : Pdt.R. F. Martino