This is default featured slide 3 title
This is default featured slide 4 title
Test 1

“MEMELIHARA KESATUAN ROH”(4): DALAM IBADAH

Efesus 4:3 “Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera”

1 Korintus 14:26-33“ 26Jadibagaimanasekarang, saudara-saudara? Bilamanakamuberkumpul, hendaklahtiap-tiap orang mempersembahkansesuatu: yang seorangmazmur, yang lain pengajaran, ataupenyataan Allah, ataukaruniabahasaroh, ataukaruniauntukmenafsirkanbahasaroh, tetapisemuanyaituharusdipergunakanuntukmembangun.27Jikaada yang berkata-kata denganbahasaroh, biarlahduaatausebanyak-banyaknyatiga orang, seorang demi seorang, danharusadaseorang lain untukmenafsirkannya.28Jikatidakada orang yang dapatmenafsirkannya, hendaklahmerekaberdiamdiridalampertemuanJemaatdanhanyabolehberkata-kata kepadadirinyasendiridankepada Allah.29Tentangnabi-nabi — baiklahduaatautiga orang di antaranyaberkata-kata dan yang lain menanggapiapa yang merekakatakan.30Tetapijikaseoranglain yang duduk di situ mendapatpenyataan, maka yang pertamaituharusberdiamdiri.31Sebabkamusemuabolehbernubuatseorang demi seorang, sehinggakamusemuadapatbelajardanberolehkekuatan.32Karunianabitaklukkepadanabi-nabi.33Sebab Allah tidakmenghendakikekacauan, tetapidamaisejahtera.”

I Korintus14:40 “Tetapisegalasesuatuharusberlangsungdengansopandanteratur.”

Minggu ini kita akan melanjutkan pelajaran kita dari hal memelihara kesatuan roh di dalam ibadah. Jika seseorang tidak menikmati ibadah, maka ibadah tersebut menjadi tidak bergairah baginya bahkan dapat menjadi tekanan.
Ada lagi orang-orang yang berusaha membuat agar ibadah dapat dinikmati dengan menciptakan suatu suasana ibadah. Maksud mereka mungkin baik, namun bukankah ibadah itu dipimpin oleh Roh Kudus dan bukan suasananya dibuat-buat oleh manusia?
Ibadah/Kebaktian artinya berbuat bakti, berarti kita yang mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan. Kitalah yang memiliki kerinduan untuk bertemu Tuhan maka kita bisa menikmati ibadah atau persekutuan pribadi dengan Tuhan. Jika kita memiliki kerinduan kepada Tuhan dan hasilnya kita bisa menikmati ibadah, maka kita menjadi seperti “ketagihan” dengan Tuhan, asyik dengan Tuhan.
Namun demikian kita juga harus berhati-hati agar tidak menjadi ekstrim. Ada hamba Tuhan yang karena terlalu dekat dengan Tuhan akhirnya ia merasa jijik untuk berkumpul dengan istrinya. Seperti yang biasa telah diingatkan kepada kita yaitu kita harus berwaspada karena semua yang positif, iblis punya kemampuan untuk membuatnya menjadi negatif.
Dalam segala hal termasuk di dalam ibadah kita harus berpusat kepada Kristus. Karena manusia cenderung suka pada sesuatu yang sensasional/fenomena padahal fenomena atau sesuatu yang sensasional itu tidak boleh dijadikan dasar pegangan kita sebagai orang percaya. Jika orang percaya terlena dengan fenomena, maka suatu saat apabila Antikris menyatakan dirinya dengan berbagai mujizat, maka akan terlihat siapakah orang percaya yang akan tetap berdiri tegak dan siapakah yang akan tumbang. Alkitab sudah memberitahu kita bahwa Antikris akan muncul dengan berbagai kekaguman termasuk kekaguman spiritual karena memang ia akan diberi kuasa, dan sasarannya adalah menjatuhkan orang-orang percaya bahkan kepada orang-orang pilihan. Namun jangankan nanti pada zaman antikris, sekarang saja banyak orang kristen yang pergi ke dukun karena alasan kemanusiaan misalnya untuk berobat. Tanpa bermaksud menghakimi, kita juga mungkin mendengar atau membaca berita tentang banyak hamba-hamba Tuhan yang jatuh karena godaan-godaan sosial.
Ingatlah bahwa tafsiran dan fenomena tidak boleh menjadi doktrin. Firman yang murni (susu yang murni) itulah yang boleh menjadi doktrin.
Dari ayat yang kita baca, kita tahu bahwa karunia Roh Kudus mendatangkan damai sejahtera, tidak mendatangkan syak. Maka saat seseorang berkarunia, kita yang mendengar pernyataannya – tanpa bermaksud menghakimi – harusnya bisa mengetahui apakah manifestasi karunia itu berasal dari Tuhan atau bukan dari Tuhan.
Jangan datang ibadah karena rutinitas karena hari Minggu waktunya beribadah. Karena jika kita datang dengan terpaksa atau hanya sekedar datang, menjadi sia-sialah kita beribadah. Alkitab berkata bahwa ibadah berguna dalam segala hal. Namun ibadah baru mendatangkan keuntungan saat kita “beribadah sampai bertemu Tuhan”.

Dalam ibadah, ada saatnya kita bermazmur untuk menyanyikan nyanyian baru yaitu nyanyian yang tidak pernah diciptakan sebelumnya, namun yang mengalir oleh ilham Roh Kudus. Tetapi dalam bermazmur di ibadah bukan dilakukan dengan sembarang. Ada ketetapannya di dalam Alkitab yaitu seorang demi seorang, atau dengan kata lain “jangan rame-rame”.
Maksudnya: saat waktunya bermazmur, kita semua dipersilakan serentak untuk bermazmur. Namun saat tiba-tiba kita mendengar ada seseorang yang bermazmur dengan suara yang lebih keras/menonjol, kita semua harus menundukkan diri untuk berdiam dan mempersilakan orang tersebut bermazmur. Namun dalam memelihara kesatuan roh, kita mengatakan “amin!” terhadap pernyataan-pernyataan dalam mazmur orang tersebut yang kita imani.
Sebaliknya, jika kita adalah orang yang bermazmur tersebut dan ilham Roh Kudus sudah selesai dalam nyanyian baru kita, maka kita berkata, “Haleluya!” dan dengan demikian kita mempersilakan semua jemaat untuk serentak bermazmur kembali sampai ada lagi orang lain yang kita dengar bermazmur dengan suara yang lebih keras/menonjol. Dengan demikian kita juga merendahkan diri untuk mempersilakan orang lain untuk bermazmur dan “tidak memborong” semua kesempatan untuk menyanyikan nyanyian baru.

Untuk worship leader/pemimpin pujian, perlu mengetahui beberapa hal dalam pemilihan lagu ibadah
1. Ada lagu gereja yang bersifat vertikal (liriknya ditujukan kepada Tuhan), ada yang bersifat horizontal (kepada jemaat). Lagu yang bersifat horizontal contohnya adalah lagu “El Shaddai”. Liriknya ditujukan kepada jemaat: “Tak usah kau takut, Allah bersertamu. Tak usah kau bimbang, Yesus p’liharamu.”
2. 2. Saat kita mau menyanyikan suatu lagu di ibadah, kita harus mencari tahu latar belakang lagu tersebut. Sekarang mudah karena ada internet sehingga kita bisa mencari informasi dari internet. Lagu yang berasal dari pengalaman iman penulisa lagu tersebut akan menjadi berkat yang luar biasa, kita pun bisa menikmatinya, dan lagu tersebut akan bertahan lama. Sedangkan lagu-lagu yang diciptakan hanya sekedar untuk tujuan komersial, tidak akan bertahan lama. Saya mengetahui ada pencipta lagu rohani yang menerima orderan dari para penyanyi rohani untuk dibuatkan lagu, dan pencipta lagu rohani tersebut menerima bayaran atas lagu ciptaannya.
3. 3. Ada lagu yang hanya cocok untuk dinyanyikan secara solo/pribadi, ada lagu yang bisa dinyanyikan bersama. Selanjutnya Ibrani 13:15 berkata, “Sebab itu marilah kita, oleh Dia, senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya.”
Ayat tersebut mengatakan “senantiasa” berarti setiap saat! Setiap saat dimana saja kita mempersembahkan korban syukur kepada Allah. Dan hal yang paling mudah yang bisa kita ucapkan adalah “Puji Tuhan!”. Kita harus membiasakan diri saat bertemu sesama orang percaya kita mengatakan, “Puji Tuhan!”. Ini adalah ucapan bibir yang memuliakan nama-Nya!

By : Pdt. DR. R. F. Martino