This is default featured slide 3 title
This is default featured slide 4 title
Test 1

Monthly Archives: October 2019

MENGENAL IDENTITAS YESUS DENGAN JELAS

Matius 16:13-19 13 “Setelah Yesus tiba di daerah Kaisarea Filipi, Ia bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” 14 Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.” 15 Lalu Yesus bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” 16 Maka jawab Simon Petrus: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!” 17 Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. 18 Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. 19 Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.””

I. Identitas Tuhan

Identitas Tuhan harus kita kenal dengan jelas dan eksistensi Tuhan harus kita alami dalam hidup kita. Karena itu jangan membuang-buang waktu dalam mengejar pengenalan akan Tuhan. Orang yang suka membuang-buang waktu, orang ini akan berada pada lingkaran waktu yang pada akhirnya akan mengecewakan dirinya.

Kitab Ibrani berkata “selama masih dapat dikatakan ‘Hari ini’ janganlah keraskan hatimu”. Berarti kita harus memahami Kairos / waktu-Nya Tuhan.

Jangan mengidolakan, mengekspos, mengunggulkan siapapun melebihi Tuhan Yesus. Kehancuran sebuah gereja adalah karena mengagungkan seseorang atau sesuatu melebihi Yesus.

Saat Yesus bertanya kepada murid-murid-Nya: “Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?” Para murid-Nya berkata: Ada yang mengatakan:

A. Yohanes Pembaptis
Yesus berkata: “Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis” (Mat 11:11). Meskipun demikian, Yesus lebih besar dari Yohanes Pembaptis.

B. Elia.
Elia terkenal dengan kuasa dalam berkhotbah tentant Firman Tuhan dan mujizat. Tetapi Yesus lebih besar dari Elia.

C. Yeremia.
Yeremia adalah hamba Tuhan yang rendah hati dan siap menderita terhadap hukuman yang menimpa dirinya. Ada banyak gereja yang memiliki figur hamba Tuhan yang lemah lembut dan rendah hati. Namun hamba Tuhan itu tidak boleh lebih diagungkan melebihi Yesus.

D. Salah seorang dari antara para nabi.

Maka Yesus bertanya kepada mereka, “Menurutmu Siapakah Aku ini?” Petrus menjawab bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah yang hidup, dan Yesus menyebut Petrus berbahagia.

II. Kebahagiaan
“Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.”

Kita harus memahami bahwa kebahagiaan sejati adalah saat Firman Tuhan menjamah dan mengubahkan hidup kita.

III. Gereja yang Kuat
“Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya.”

Pada zaman ini banyak gereja yang membuat ibadah yang kelihatan “wah” namun kesakralan ibadah tidak ada disana. Banyak pelayan Tuhan yang hanya berusaha menampilkan praise and worship yang menarik dengan lampu-lampu berwarna-warni sehingga terkesan glamour
tetapi tidak ada kesakralan dalam ibadah.

Tuhan tidak menginginkan gereja yang besar namun Tuhan menginginkan gereja yang kuat. Kalau Tuhan menginginkan gereja besar, maka gereja di kota kecil tidak akan masuk dalam hitungan.

Kita harus kuat tetapi tidak simsalabim. Kita harus latihan untuk menjadi kuat.
Dan peran gereja adalah memfasilitasi untuk pertumbuhan rohani jemaat dengan melaksanakan pemuridan.

Diri kita, karakter kita harus menyatakan kehadiran Kristus. Kita bisa bekerja di kantor atau dimana saja namun Yesus harus mengontrol kehidupan kita.

Kita perlu mengenal diri kita dan mengizinkan Kristus membentuk karakter kita. Jangan undur saat Tuhan membentuk diri kita.

Sadrakh, Mesakh, dan Abednego tidak akan dikenal orang banyak jika mereka sebelumnya tidak masuk ke dalam perapian. Daniel tidak akan dikenal orang jika ia tidak masuk dalam gua singa. Jadi jika kita tidak mau masuk dalam penderitaan, maka kita tidak akan mengalami promosi.

IV. Otoritas
“Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”

Seringkali kita merasa tidak memiliki otoritas padahal ada otoritas yang Tuhan berikan kepada kita:

A. Otoritas rendah (Berkaitan dengan berkat jasmani)

Otoritas berkat baru Tuhan berikan saat kita menabur/melepas berkat di tangan kita untuk orang lain atau pekerjaan Tuhan. Maka cara Tuhan memberkati kita melalui partisipasi kita dalam proyek-Nya Tuhan.

Namun sayangnya banyak orang yang hanya basa basi dalam perkataan tetapi tidak asa tindakan menabur.

Selain itu jika kita ingin diberkati, jangan sombong! Saat Tuhan memberkati kita, janganlah menjadi sombong. Kita harus memiliki kerendahan hati, kejujuran, dan hati nurani kita harus benar.

B. Otoritas mengusir setan-setan.

Jadi jika ada orang kerasukan, seharusnya kita tidak perlu langsung menelpon gembala. Kita bisa mengusir setan dengan otoritas yang Tuhan berikan. Asalkan pastikan hidup kita sudah benar.

Mengapa kita bisa mengusir setan-setan? Karena Roh Kudus yang ada di dalam diri kita lebih besar daripada roh-roh yang ada di dunia ini.

By : Pdt. Natan Manungkalit

Orang-Orang yang Mengecewakan

Lukas 14:15-21 15Mendengar itu berkatalah seorang dari tamu-tamu itu kepada Yesus: “Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.”16Tetapi Yesus berkata kepadanya: “Ada seorang mengadakan perjamuan besar dan ia mengundang banyak orang.17Menjelang perjamuan itu dimulai, ia menyuruh hambanya mengatakan kepada para undangan: Marilah, sebab segala sesuatu sudah siap.18Tetapi mereka bersama-sama meminta maaf. Yang pertama berkata kepadanya: Aku telah membeli ladang dan aku harus pergi melihatnya; aku minta dimaafkan.19Yang lain berkata: Aku telah membeli lima pasang lembu kebiri dan aku harus pergi mencobanya; aku minta dimaafkan.20Yang lain lagi berkata: Aku baru kawin dan karena itu aku tidak dapat datang.21Maka kembalilah hamba itu dan menyampaikan semuanya itu kepada tuannya. Lalu murkalah tuan rumah itu dan berkata kepada hambanya: Pergilah dengan segera ke segala jalan dan lorong kota dan bawalah ke mari orang-orang miskin dan orang-orang cacat dan orang-orang buta dan orang-orang lumpuh.

1 Korintus 10:32-33 Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah.33Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat.

Baca: Matius 25:14-30 (perumpamaan tentang talenta)

Rasa kecewa tidak selalu disebabkan oleh karena manusia, bisa saja karena situasi kondisi dalam beragam bentuknya dalam kehidupan kita. Adalah tidak benar ketika kita mengecewakan orang lain lalu kita menuntut orang itu untuk tidak kecewa karena firman Tuhan mengatakan “jangan menjadi kecewa” maka yang dapat terjadi kemudian ialah kita akan berulang-ulang melakukan dan mengecewakan orang tersebut. Jangan membuat orang lain kecewa jauh lebih penting dari jangan menjadi kecewa. Hal ini berarti ada “saling tidak mengecewakan”.Kita akan belajar lebih dalam lagi supaya kita tidak menjadi orang-orang yang mengecewakan karena hal ini beresiko merugikan diri sendiri.
Ada 3 kisah dalam perumpamaan di alkitab tentangorang-orang pembuat kecewa:
1.    Perumpamaan tentang undangan pesta perjamuan kawin
2.    Perumpamaan tentang talenta
3.    Perumpamaan tentang hamba yang setia dan hamba yang jahat
Tidak seorangpun dari kita mau mengalami pengalaman seperti yang disebutkan dalam kasus-kasus di atas. Sudah tulus hati mengundang tetapi orang yang diundang tidak datang dengan segala alasan.Begitujuga dengan perumpamaan tentang talenta, berbicara mengenai seorang hamba yang mengecewakan. Tidak seorangpun dari kita yang menginginkan karyawan yang sudah kita berikan tugas, tetapi tidak melaksanakan tugasnya, justru membuat kerusuhan. Ketiga kasus peristiwa diatas adalah himpunan orang-orang yang mengecewakan. Ada kalanya kita hanya bisa mengeluh bagaimana kita kecewa kepada seseorang tanpa pernah menyadari bahwa kita seringkali mengecewakan banyak orang. Orang menganggap kita mengecewakan dia dan dia merasa kecewa. Tetapi diri kita menganggap justru kita yang dikecewakan oleh dia. Oleh karena itu keduanya perlu introspeksi diri untuk menemukan siapa sebenarnya pembuat kecewa dan siapa yang pantas kecewa. (Bukan secara alkitab tetapi secara naluri alamiah terjadi).
Jika kita adalah orang yang bertumbuh di dalam iman kita pasti tahu bagaimana mengantisipasi supaya tidak kecewa karena kita sudah tahu firman Tuhan, tetapi yang seringkali tidak kita sadari atau bahkan dengan sadar dilakukan adalah kita membuat orang lain kecewa. Itu sebabnya firman Tuhan sudah mengingatkan kepada kita supaya kita tidak menjadi batu sandungan bagi yang lain, karena orang pembuat kecewa adalah batu sandungan bagi orang lain. Rasul Paulus mengajarkan “Jika saudaraku menjadi lemah hanya karena aku makan daging maka aku tidak perlu memakan daging supaya saudaraku tidak menadi lemah”. Ia menjaga diri begitu rupa supaya ia tidak mengecewakan. Ia memberikan satu contoh etika kehidupan sebagai orang percaya bagaimana membawa diri dalam kebersamaan satu dengan yang lain, dalam hubungan satu dengan yang lain. Firman Tuhan mengingatkan untuk kita saling mengasihi, kata “saling” berarti bukan hanya sepihak.
Secara psikologis, ketika kita membuat seseorang kecewa maka pantas bagi orang itu menjadi kecewa. Hal itu alamiah, tinggal bagaimana ia memahami Firman apakah ia tetap menjadikan kekecewaan itu menjadi akar pahit kemudian menjadi sesuatu yang merusak dirinya, itu adalah perkara yang lain. Setiap orang berhak kecewa. Kita tidak bisa memaksakan orang untuk mengerti kita atau untuk tidak kecewa. Secara manusia orang memiliki hak untuk kecewa karena telah dikecewakan. Apakah ia memahami atau tidak Itu adalah urusannya dengan Tuhan tetapi kita tidak bisa memaksakan orang itu untuk mengerti terhadap kita. Jika kita adalah orang yang suka membuat kecewa maka kita harus berubah. Seringkali pergaulan anak-anak Tuhan/umat percaya menganggap jika ia sudah mengecewakan orang lain, maka dapat diselesaikan secara rohani. Kita orang percaya tidak boleh menjadi orang pembuat kecewa. Paulus mengingatkan agar kita berusaha untuk menyenangkan semua orang dalam segala hal kecuali dalam hal prinsip iman, tidak ada orang yang boleh menggugat prinsip iman kita apapun alasannya karena Paulus pun mengajarkan “jika aku berusaha berkenan dihadapan manusia, maka aku bukanlah hamba Allah”. Dalam hubungan satu dengan yang lain, Tuhan menetapkan agar kita punya etika dan aturan untuk tidak mengecewakan orang. Menyenangkan orang bukan berarti kita menyenangkan orang dengan kita menyangkal Tuhan atau dalam bahasa rohani bagaimana caranya kita bisa menjadi berkat, bagaimana cara kita berbicara, bersikap satu dengan yang lain sebagai saudara, sebagai pelayan Tuhan semua ada aturannya.
Setiap kita pasti pernah mendapatkan undangan pesta. Ketika kita diundang, berarti kita diperhitungkan, kita masuk dalam daftar hitungan orang-orang yang layak diundang.Baik undangan dari keluarga, sahabat, pemerintah, perusahaan dan lain sebagainya, diundang berarti diperhitungkan dan ada nilainya. Tetapi ternyata penghargaan yang diberikan kepada orang-orang dalam perumpamaan tersebut, tidak mereka perhitungkan. Ada saja kendala yang mereka sebutkan walaupun disampaikan dengan cara yang sopan. Orang pertamabaru membeli tanah dan akan pergi melihatnya, orang kedua baru saja membeli sapi dan akan mencobanya. Dan orang ketiga berkata bahwa ia baru saja menikah dan karena itu ia tidak dapat pergi. Jadi masing-masing ada alasannya untuk tidak pergi. Jika penghargaan yang diberikan kepada kita tidak kita hargai dalam hidup kita, maka akan tumbuh satu kebiasaan meremehkan semua yang bernilai di dalam kehidupan kita. Jika kita diundang berarti kita dihargai, dihormati dan dipandang layak. Secara logika saja betapa bangganya jika kita diundang. Inilah yang ada dalam diri orang yang suka membuat kecewa. Ia tidak pusing dan ia tidak dapat menghargai dirinya sendiri sehingga penghargaan yang diberikan kepadanya, ia menganggapnya tidak bernilai. Orang seperti ini adalah orang-orang yang sangat mudah menjadi orang pembuat kecewa. Orang-orang pembuat kecewa tidak menghargai hal seperti itu karena dirinya sendiri ia tidak dapat hargai, ia pun tidak punya rasa malu, dimanapun ia tidak akan pusing terhadap orang-orang yang kecewa terhadap dirinya.
Akhirnya tuan yang mendengar laporan anak buahnya sangat murka dan menyuruh anak buahnya untuk memanggil semua orang cacat, orang lumpuh, orang buta untuk datang di pestanya.
Jika kita tidak berhenti menjadi pembuat kecewa, kita tidak akan pernah sampai ke tempat pesta, kita akan terpuruk di tempat di mana kita berada, terpuruk dengan 5 pasang sapi,terpuruk dengan tanah di ladang dan terpuruk dengan pasangan kita. Itu sebabnya kita perlu menyadari baik dalam keluarga, jangan pernah mengecewakan. Ketika kita bekerja padaorang lain atau bekerja di perusahaan/instansi manapun, jangan pernah mengecewakan orang/perusahaan tempat kita bekerja. Ketika berbisnis, janganlah berbisnis dengan mengecewakan orang lain.
Memang kita belum sempurna tetapi prinsip itu harus tertanam di dalam diri kita supaya kita memaksimalkan semua potensi apapun bentuknya yang ada di dalam diri kita supaya tidak mengecewakan. Kepada para hamba Tuhan, menjadi pendeta tidak boleh dijadikan profesi tetapi setiap pendeta harus profesional artinya ia menguasai dengan benar dan menguasai keseluruhan semua hal-hal yang ada hubungannya dengan kependetaannya. Itu sebabnya GPPS mengadakan jenjang Diklat kependetaan mulai dari Pendeta Pembantu (Pdp), Pendeta Muda (Pdm) sampai kepada Pendeta (Pdt), mau menjadi majelis daerah ada sekolah kader Majelis Daerah, mau jadi majelis pusat ada sekolah calon majelis pusat. Semuanya harus di persiapkan. Tidak hanya duduk menikmati jabatan dan lupa akan kepercayaan dan tanggung jawab yang ada di dalamnya.
Mungkin bagi kita, orang cacat lumpuh tidak bisa berbuat apa-apa, tidak mungkin dia akan masuk ke pesta tidak mungkin dia akan masuk ke dalam hal yang menyenangkan tetapi situasi kondisi dunia ini dengan keadaan yang semakin maju, kita akan terkejut dan bahkan sudah terjadi di negeri ini ada perusahaan yang mengerjakan orang-orang cacat/disabilitas. Sementara orang yang memiliki fisik normal masih kesana kemari membawa map tetapi yang duduk sebagai manajer justru orang disabilitas dan mereka dapat bekerja dengan baik dan tidak mengecewakan. Beberapa restoran tidak lagi menggunakan pegawai atau karyawan tetapi menggunakan robot. Bahkan ada resepsionis yang melayani tetapi tidak hadir secara fisik melainkan bentuknya adalah hologram. Dengan kemajuan teknologi seperti ini, maka orang-orang pembuat kecewa semuanya akan tersingkir.
Dalam kasus yang lain, bentuk kepercayaan yang diberikan kepada seseorang bentuknya berupa uang. Yang dapat 5 talenta menganggapnya bahwa ini adalah suatu kepercayaan yang luar biasa maka ia segera pergi mengelola lima talenta itu dan mendapatkan hasilnya 100% yaitu lima talenta. Yang mendapat 2 talenta melakukan hal yang sama. Tetapi yang mendapat 1 talenta, pergi dan menguburkan talentanya. Maka yang memperoleh satu talenta dan tidak mengelolanya, mendapat resiko ia pasti dibuang.
Orang pembuat kecewa ciri-cirinya antara lain suka menunda-nunda, tidak segera, tidak responsif, santai, ia lupa bahwa dunia terus berubah, situasi kondisi terus berubah. Jadi apa yang di bisa dikerjakan hari ini kerjakanlah! jangan ditunda karena hari esok ada kuatirnya tersendiri. Berarti ada problem yang harus kita selesaikan besok karena dikatakan masing-masing mendatangkan kuatirnya sendiri secara manusia. Karena seluruh pergerakan hidup kita berada di garis waktu dan tidak pernah terulang kembali. Orang santai dan menunda sudah pasti ia malas. Ia tidak mengelola apa yang dipercayakan kepadanya. Orang yang tidak dapat mengelola dirinya sendiri, tidak dapat mengelola pekerjaannya dan ini akan menghadirkan mental-mental yang bergantung kepada orang lain dan itu mengecewakan.
Kita adalah pribadi yang berharga di mata Tuhan. Kita sudah ditebus oleh darah Kristus Yesus yang kudus sehingga menjadi berharga dimata Tuhan. Lalu mengapa kita hinakan diri kita dengan menggantungkan hidup kita kepada orang lain padahal masing-masing harus mengelola apa yang ada padanya, masing-masing harus mandiri untuk melakukan apa yang ada padanya dimulai dari perkara yang kecil. Ketika kita setia pada perkara yang kecil atau tanggung jawab yang kecil maka akan diberikan tanggung jawab yang besar. Tetapi jika kita tidak melakukannya bagaimana kita akan diberikan yang lebih besar. Kita hanya sampai kepada jadi pemimpi, tukang mimpi yang tidak pernah menjadi kenyataan. Ciri lainnya adalah selalu ada alasan untuk membela diri, selalu ada alasan untuk dimaklumi, jika tidak diawasi kerja maka tidak kerja betul, jika diawasi maka melebihi orang yang professional. Inilah orang-orang pembuat kecewa. Jika kita selalu menjadi orang pembuat kecewa maka orang tidak akan pernah lagi memakai kita dan kita dibuang tidak masuk daftar lagi.
Dalam perumpamaan hamba yang setia dan hamba yang jahat, hamba-hamba ini sudah diberikan tugas oleh tuannya sebelum ia berangkat. Tetapi ia mulai memukul karyawan-karyawannya dengan kekerasan karena ia merasa bahwa ia adalah tuannya. Ketika kita dipercayakan posisi yang lebih tinggi ketahuilah bahwa itu bukanlah jabatan kehormatan tetapi itu adalah tanggung jawab yang lebih besar. Jika sudah diposisikan di tingkat pimpinan maka hati-hati supaya kita dapat memahami bahwa itu adalah tanggung jawab yang lebih besar dan kepercayaan yang lebih besar. Orang pembuat kecewa akan menyalahgunakan kehormatan yang diberikan kepadanya karena dia hanya memahami bahwa itu adalah kewenangan. Maka yang terjadi adalah penyalahgunaan jabatan. Ia tidak dapat memahami bahwa itu adalah tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Rasul Paulus mengingatkan kepada kita bahwa kita ini bukan hanya orang sembarangan, bukan hanya orang yang diberikan kepercayaan dan penghargaan oleh manusia.
1 Korintus 4:1-2 Demikianlah hendaknya orang memandang kami: sebagai hamba-hamba Kristus, yang kepadanya dipercayakan rahasia Allah.Yang akhirnya dituntut dari pelayan-pelayan yang demikian ialah, bahwa mereka ternyata dapat dipercayai.

Sekalipun kita belum sempurna tetapi berusahalah untuk tidak mengecewakan siapapun supaya kita tidak menjadi batu sandungan sehingga kalimat-kalimat yang kita keluarkan untuk bersaksi, untuk memberitakan Firman, untuk membawa orang kepada Kristus itu bisa masuk di dalam hati yang mendengar karena kita tidak menjadi pembuat kecewa. Sehingga orang menikmati Kristus melalui kehidupan kita.
“Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang,baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun jemaat Allah”.
Jadi di manapun kita berada, dengan kepribadian kita jangan mendatangkan syak bagi orang lain yaitu prasangka, curiga, ganjalan, sandungan dalam hati sebab itu tidak akan pernah membawa berkat Bagi siapapun. Ketika orang menjadi syak berarti ada penolakan secara tidak langsung karena sudah dimulai dengan kecurigaan-kecurigaan sehingga penerimaan itu agak sulit karena penolakan secara tidak langsung sudah terjadi tetapi baru ada di dalam hati.
Paulus berkata: “Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal bukan untuk kepentingan diriku tetapi kepentingan orang banyak supaya mereka beroleh selamat”. Ini bukanlah pergaulan mencari muka tetapi apa adanya dengan tulus dilakukan, tidak ada kepentingan-kepentingan pribadi. Di dalam hal rohani atau pelayanan, di dalam hubungan relationship ketika ada kepentingan pribadi maka itu akan menjadi rusak karena ketulusan itu ternoda sedangkan nilai tertinggi dari pada kepercayaan ini adalah kesetiaan.
Kita harus perhatikan hal ini di manapun kita berada, sehingga kita tidak merusak kepercayaan yang Tuhan berikan karena ketika orang menghargai kita, itu karena Tuhan yang sudah bekerja, ketika orang sudah menaruh kepercayaan kepada kita, itu karena Tuhan sudah bekerja dan ketika orang menaruh pengharapan kepada kita untuk sesuatu hal yang dapat kita lakukan di tempat kita bekerja atau di tempat di mana kita saling berhubungan satu dengan yang lain berarti Tuhan yang sudah turut bekerja maka hargai semuanya itu dan berdirilah sebagai orang percaya yang dapat menjadi berkat bagi semua orang sehingga dimanapun kita berada nama Tuhan dipermuliakan.
By : Pdt. R.F. Martino

KECEWA

Yesaya 55:8-9 8 Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. 9 Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.

Matius 11:2-6 2 Di dalam penjara Yohanes mendengar tentang pekerjaan Kristus, 3 lalu menyuruh murid-muridnya bertanya kepada-Nya: “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” 4 Yesus menjawab mereka: “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: 5 orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. 6 Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.”

Semua orang pasti pernah mengalami dengan apa yang namanya kecewa, jika ada yang mengatakan belum, tunggulah waktunya pasti akan mengalami peristiwa kecewa.
Hal ini tidak boleh dianggap remeh, kecewa dalam bentuk apapun dan kepada siapapun, baik itu kepada manusia atau dalam bentuk peristiwa-peristiwa alam/situasi lingkungan sekitar, apalagi kecewa kepada Tuhan .
Kekecewaan yang tidak segera diatasi maka akan berakibat fatal, karena dari rasa kecewa akan muncul rasa tawar hati, bisa mendatangkan kejengkelan, membangkitkan amarah, bahkan menghilangkan rasa simpati. Tidak bisa dibiarkan karena akan menggerogoti segala yang baik yang ada pada kita, sehingga semua yang baik bisa menjadi rusak.
Kita tahu bahwa kekecewaan ini bisa berakibat fatal bagi kita, maka kitapun harus sadar bahwa pribadi kita juga harus berusaha untuk tidak membuat orang lain menjadi kecewa. Jangan menjadi penghadir kekecewaan bagi orang lain dan kita tidak boleh menjadi batu sandungan dan tidak boleh menjadi korban batu sandungan.

Contoh kasus 1: Yohanes
Bangsa Israel mengalami masalah yang Tuhan izinkan, saat itu penguasa berubah dan keadaan sudah hancur dan dikuasai Roma. Secara kebenaran mereka tahu akan datang Mesias yang akan membebaskan mereka. Bangsa Israel tidak dapat menangkap rancangan Allah seutuhnya dari kekal sampai kekal, mereka memiliki gambaran bahwa ketika Mesias itu datang akan memiliki wujud yang luar biasa, bisa mengatasi segala masalah, pribadi yang dihormati dan disanjung tinggi. Ini adalah analisa logika yang lumrah.
Jika bukan hal yang penting, Yesus tidak akan berkata kepada utusan Yohanes: “..berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku.” Yesustidak menjawab dengan cara berpikir logika manusia tapi menjawabnya dengan kemampuan supranatural, melampaui akal logika.

Contoh kasus 2: Orang sedaerah dengan Yesus
Matius 13:55-58 55 Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? 56 Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” 57 Lalu mereka kecewa dan menolak Dia. Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” 58 Dan karena ketidakpercayaan mereka, tidak banyak mujizat diadakan-Nya di situ.

Ketika Yesus “pulang kampung” tidak banyak mujizat yang Dia lakukan, karena memang ketidakpercayaan mereka yang dimulai dengan rasa kecewa mereka. Mereka tidak pernah menduga bahwa yang melakukan mujizat itu rupanya hanyalah seorang anak tukang kayu, yang kesehariannya ada bersama-sama dengan mereka.
Jadi sebenarnya kita tidak dapatmenghindar dari tidakmenerima danmengakui bahwa itulah pola berpikir manusia pada umumnya. Orang akan selalu menghubungkan dengan asal usul kita? Apapun penilaian orang terhadap kita, kita harus menerimanya. Nah, begitupula yang terjadi pada Yesus saat itu, akhirnya Yesuspun ditolak oleh orang tempat Ia berasal.

Contoh Kasus 3: Orang muda yang kaya
Markus 10:22 Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.

Orang muda yang kaya ini menjadi kecewa karena Tuhan menyuruhnya melakukan hal yang tidak sesuai dengan konsepnya. Yesus menyuruh ia menjual hartanya, ia pergi dengan sedih, karena hartanya banyak. Ia mahir melakukan hal-hal rohani tapi tidak mahir mengulurkan tangan untuk  menolong orang dalam hal finasial. Saya pernah mengatakan bahwa adalah aneh menemukan orang-orang yang semakin rohani tapi semakin kikir. Semakin giat dalam kegiatan rohani tapi semakin giat juga menggantungkan hidupnya pada orang lain. Sementara mulut mengajar orang lain agar berharap kepada Tuhan, tapi sementara itu juga hidupnya sendiri berharap kepadaorang lain. Banyak orang rohani yang punya mental seperti ini (mental parasit). Ini sama dengan mempermalukan dan menghina Tuhan. Karena kita masing-masing harus punya pengalaman kedahsyatan dengan Tuhan atas hidup kita. Orang lain boleh tergerak, asal Tuhan yang gerakkan bukannya kita yang “menggerakkan”.

Setitik bibit kecewa bisa bertumbuh dengan besar, akan berbunga dengan kebencian dan penolakan. Seringkali dianggap remeh dan dianggap wajar karena dasar mereka memahaminya berdasarkan hal-hal logika.
1.    APA ITU KECEWA?
Kecewa terjadi karena kenyataan tidak seperti yang diinginkan dan diharapkan. Sederhana tapi tidak bisa dianggap remeh. Akar dari kecewa adalah karena kita sudah punya konsep sendiri. Belajar dari kasus Yohanes Pembaptis yang waktu itu bertanya dari dalam penjara. Ketika ada saat tertentu dalam kehidupan dan kita mulai keluar (atau dikeluarkan) dari zona nyaman dan pergerakan kita terbatas, kemudian muncullah pemikiran dan perasaan hadirnya kecewa. Sama dengan beberapa pertanyaan yang dikeluarkan oleh beberapa anak Tuhan: “Tuhan, mengapa ini terjadi padaku?” Adalah lumrah berkata seperti itu dan membuat perasaan Tuhan terganggu, karena yang terbaik sudah dilakukanya bagi kita, tapi kita tidak dapat mengerti rencana Tuhan yang tertulis dalam Yesaya 55:8-9. Semua kemampuan analisa logika kita tidak akan pernah mencapai apa yang menjadi rancangan Tuhan. Sekarang kita tidak mengerti, tapi nanti kita pasti akan mengerti. Apalagi kita sebagai orang percaya dimana Tuhan membawa kita masuk ke dalam pengalaman kedaulatan Tuhan, kita akan lebih bingung, karena apa yang Tuhan lakukan terbalik dengan apa yang Tuhan janjikan, sehingga hal ini bisa membuat kita kecewa. Oleh sebab itu kita harus berusaha mengerti kehendak Tuhan.

Hal yang membuatkitakecewa, tidakperlumerusakimandanjatidiri/kepribadiankita.Janganpernahmemeliharabibitkecewa, itumerupakan “bibitunggul”, meskitidakdipupuki,apalagidipupuki, iaakanbertumbuhdengansendirinya.

2.    Mengapa bisa kecewa?
–    Mempertahankanapa yangmenjadikonsepnyasendiri
–    Tidakbisamenerimakenyataanhadirnyakekecewaaanini, baikkepadasesamaataupunsituasilingkungan. Karenasemuanyabisaberubahmenjadisituasi yang mengecewakanjikakitatidaksiap mental.

3.    Antisipasi apa yang dilakukan?
–    Terimadanhadapirealitakekecewaaanitu, siapapundanapapunbentuknya, kelolaolehimankita. JikakitatetapmempertahankankekecewaanmakaakanberakibatmerusakdirisendiridantidakakanpernahbelajarmengertikehendakTuhan, karenakitamemaksakankehendakkita.
AdakalanyaTuhanmengijinkankekecewaanituterjadi, untukmenghancurkankonsep yang tidaksesuaidengankonsepnyaTuhan.
Ayub 14:18-19 18 Tetapi seperti gunung runtuh berantakan, dan gunung batu bergeser dari tempatnya, 19 seperti batu-batu dikikis air, dan bumi dihanyutkan tanahnya oleh hujan lebat, demikianlah Kauhancurkan harapan manusia.
Belajar dan berusaha mengantungkan diri danharapanhanya pada Tuhan, kalau tidak Tuhan akan hancurkan konsep kita dengan banyak cara.
–    MemahamiKedaulatanTuhan
Lebihbijaksanajikakitamerenungkankonsepdasaralkitabiah yang haruskitamiliki, bukankonsepdunia yang memenuhipikirankita, bukankehendaksendiri, pikiransendiri, perasaansendiritapiTuhanmenghendaki agar semuadikendalikanolehRoh Allah

–    Melepaskan Hak
Filipi 2:4-84dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.5 Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,6 yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,7 melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.8 Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Yesusadalah Allah, tapiketika di dunia, Iatidakmempertahankanhak-Nyasebagai Allah, tetapitaatsampaimati. Jangankitamenjadikecewadanjanganjugamembuat orang lainmenjadikecewadanmembuatTuhankecewa. Jagalahhatikita.Melepaskan hak berarti melepaskan pengampunankepada orang itu, walaupunkekecewaanitubegitumenyakitkantapiiatidakakantumbuhsuburdihatidanmengganggupikirankarenasudahtidakmendapattempat di dalamdirikita, karenamengampuniberartimelupakan.
BagiSaudara  yangtukangmembuat orang lain kecewa, bertobatlah! Ketahuilah, mengapakitabisamengecewakan orang lain? Secararohanikitabisamenangkapbahwasiapakah “memakai” kitasehinggakitamenjadipembuatkecewa.
Akarnyajugasama, yaitupunyakonsepsendiri, sehinggakonsep yang sudahdiberikan, tidakdilakukan, sehinggamembuat orang kecewa. Kita tidakbolehmenjadikorbankecewa, tapikitajugajanganmenjadipembuatkecewa.Tuhantidakakanmemberkati orang yang membutakecewa. Dan kitajugaperlumemahamidanintropeksidiri: “Apa yang terjadipadaku, sehinggasayamengecewakan orang lain?”.

By : Pdt. R.F. Martino

MENJAGA DIRI DARI PERGESERAN NILAI-NILAI ILAHI (2)

Kolose 1:23Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan diseluruh alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.
Efesus 5:15-18 Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan. Dan janganlah kamu mabuk oleh anggur, karena anggur menimbulkan hawa nafsu, tetapi hendaklah kamu penuh dengan Roh,
Tuhan menghendaki setiap orang percaya berdiri teguh, kokoh, kuat, tidak tergoyahkan dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil.Efesus pasal 5 menggambarkan situasi kondisi dimana kita sedang hidup dan berada pada penghujung akhir zaman ini.Tuhan mengatakan “Perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup karena hari ini adalah hari-hari yang jahat.Apa yang sedang kita hadapi dalam realitas kehidupan kita bukanlah hanya sekedar tantangan hidup tetapi adalah tantangan iman. Tidak banyak orang Kristen maupun pemimpin-pemimpin gereja Tuhan yang menyadari bahwa dunia sekarang ini termasuk di negeri kita telah terjadi pergeseran nilai-nilai ilahi, baik yang bersifat umum maupun religius.Pergeseran nilai-nilai kehidupan sosial, nilai-nilai budaya juga pergeseran nilai-nilai etis telah terjadi bahkan pergeseran di hampir semua sendi-sendi kehidupan.Anehnya gereja juga turut diterobos oleh dunia ini, nilai-nilai Ilahi, nilai-nilai kesakralan mulai tergeser.
Firman Tuhan sudah menasehati bahwa itu akan terjadi, tetapi orang percaya tidak boleh menjadi bagian dari hal tersebut. Adalah tidak mungkin untuk menjaga diri dari pergeseran jika diri sendiri tidak menemukan pergeseran itu, tetapi justru merasa terbiasa dengan pergeseran yang ada.Contoh pergeseran yang sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu yaitu ketika seorang pemimpin negara hanya dipanggil namanya saja tanpa menyebutkan jabatannya.Dulu tidak pernah ada cara penyebutan pemimpin dengan seenaknya dan sesukanya tanpa suatu nilai etis, apalagi kita terkenal sebagai bangsa yang etis. Oleh karena itu gereja saat ini tidak merasa aneh jika tembok dan plafon berwarna hitam dan tidak merasa aneh ada lampu warna warni menyorot mereka ataupun ada asap yang keluar dari panggung mereka dan merasa biasa saja padahal hal seperti itu tidak ada bedanya dengan night club.
Menjaga diri dari pergeseran tidak mungkin dilakukan jika pergeseran-pergeseran yang ada dianggap biasa. Kita para orang tua sedang menghadapi hal yang sangat gawat di dalam bertanggung jawab kepada Tuhan terhadap anak-anak kita, anak-anak muda harus menyadari bahwa sedang hidup pada zaman yang sangat berbahaya, dimana akan ada dua generasi yang akan lahir dalam gereja Tuhan, yaitu generasi penuai ataukah generasi bejat.
Gereja sama sekali tidak boleh mengeksklusifkan diri dalam memenuhi panggilannya di dunia ini, yaitu menjadi garam dan terang. Tetapi justru penerobosan dari dunia menerobos semua hal-hal ilahi yang ada di dalam gereja, termasuk perubahan nilai sosial budaya, nilai etis masuk dalam gereja dan menggeser semuanya.Kita tidak bisa membaca bahwa itu adalah pergeseran dan turut memaklumi bahwa itulah kondisi sekarang. Justru karena kondisi dunia sudah sedemikian rupa makanya pertama-tama kita harus dapat membaca peta situasi kondisi dan pergeseran apa yang ada supaya kita dapat menjaga diri.
Jika seseorang tergeser berarti ia mau digeser, hal ini dimulai dari pertahanan yang paling lemah tetapi tidak disadari karena seringkali faktor sungkanisme lebih kuat daripada prinsip iman. Ketika diterobos ia tidak bisa mengatakan “tidak”, padahal kita harus berani mengatakan tidak kepada yang memang tidak, tetapi disampaikan dengan santun supaya nilai etis itu tetap ada. Tetapi jika sungkanisme kita lebih kuat maka kita tidak akanberani mengatakan “tidak”.
Saya menemukan hal ini di kalangan anak-anak Tuhan dan juga para hamba Tuhan.Seorang rekan hamba Tuhan menandatangani sebuah permohonan dimanasurat ini hanya sah jika sudah ditandatangani oleh seorang hamba Tuhan. Sebenarnya ia bisa menolak untuk tidak menandatangani, karena permohonan ini belum memenuhi persyaratan tetapi karena sungkanisme lebih kuat daripada prinsip iman, ia turut bertandatangan sehingga surat sampai ke Majelis Pusat GPPS. Ketika sinode membahas bahwa hal ini tidak memenuhi syarat maka surat pun ditolak. Saya katakan bahwa orang seperti ini memiliki roh Pilatus atau roh cuci tangan.Mereka mengatakan bahwa kami tidak bisa berbuat apa-apa karena sinodelah yang menolak walaupun kami sudah tanda tangan.Kemudian saya menegur bahwa mereka tidak memiliki kepemimpinan, tidak berani untuk menanggung resiko suatu jabatan kepemimpinan.Seharusnya secara etis tidak perlu diajukan. Dialah yang harusmenghadapi karena iayang punya bawahan dan ia tahu bahwa ini tidak memenuhi persyaratan.
Tidak mengherankan jika gereja secara lokal maupun institusional mengalami terobosan.Dan anak-anak muda dibodohi melalui nuansa dunia yang dimasukkan ke dalam gereja supaya anak muda betah.Inilah pembodohan.Karena gereja tidak sanggup membaca adanya pergeseran-pergeseran. Kita harus bisa membaca terlebih dulu apa yang menggeser barulah kita bisa menjaga diri. Oleh karena itulah dikatakan bahwa jangan mau digeser dari pengharapan Injil. Tergeser bukan hanya karena tidak dapat membaca peta apa yang mengalami pergeseran-pergeseran tetapi juga prinsip iman yang dimilikinya begitu lemah karena dia tidak memahami bahwa iman itu harus dilakukan, harus ada perbuatan iman karena iman tanpa perbuatan sama saja dengan tidak ada iman. Masih banyak orang Kristen memahami bahwa iman adalah sebuah jawaban doa untuk suatu permintaan, keluhan dan lain sebagainya padahal iman tidak hanya sebatas itu.
Jelas dikatakan “perhatikan dengan seksama” berarti harus dapat membaca peta pergeseran, gereja juga sudah pernah mengalami pergeseran yang paling parah dan memalukan.Gereja mengalami kejatuhan yang dalam, dan jika kita tidak mau belajar kepada sejarah maka kita akan mengulangi sejarah. Kejatuhan gereja-gereja Tuhan bukan hanya karena pelanggaran moral, tetapi kesesatan-kesesatan pengajaran dalam gereja pun sedang merajalela saat ini.Ada gereja yang tidak puas hanya dengan satu Alkitab kemudian menciptakan pengajaran baru, ada juga yang mencuplik sebagian daripada bagian yang terkecil yang ada di Alkitab kemudian dijadikan pengajaran populer yang menggantikan Alkitab dan ini sedang terjadi di mana-mana.Oleh karena itu, firman Tuhan mengingatkan jangan kamu bodoh tetapi berusahalah untuk mengerti kehendak Tuhan. Dan kita tidak akan mengerti kehendak Tuhan jika kita tidak pernah membaca Alkitab.

Langkah menjaga diri
Kehendak Tuhan harus kita mengerti agar kita dapat menjawab pergeseran-pergeseran yang sudah terjadi.Bagaimana seharusnya kita menjawab sesuai Firman, bukan berdasarkan pendapat manusia saja atau berdasarkan pertimbangan-pertimbangan logis.Untuk sesuai firman Tuhan maka jelas kita harus memulainya dari memiliki Firman.Dituliskan dalam Roma 10:17 bahwa iman timbul dari pendengaran dan pendengaran oleh Firman Kristus.Pendengaran yang pakai telinga adalah ketika kita sedang mendengarkan khotbah yang disampaikan dan pendengaran yang tidak pakai telinga adalah ketika kita membaca.Kita tidak mungkin dapat menjawab segala realitas apapun termasuk pergeseran kalau kita tidak punya Firman. Iman kita tidak dapat berbuat apa-apa sebab iman timbul dari pendengaran firman Tuhan, berarti segala sesuatu yang kita hadapi di dalam kehidupan termasuk pergeseran ini dijawab oleh iman kita melalui apa kata Tuhan. Kita tidak menjawab dengan kepintaran sendiri tetapi menurut kehendak Tuhan, apapun peristiwa yang kita hadapi, kita harus berusaha mengerti apa kehendak Tuhan yang harus kita lakukan dalam menjawab masalah termasuk pergeseran-pergeseran ini.

Mazmur 119:105 firman-Mu itu pelita bagi kakiku terang bagi jalanku, Kita tidak akan pernah bisa berjalan sebelum berdiri dulu. Seperti anak-anak yang baru belajar berjalan, ia harus berdiri terlebih dulu, setelah kuat berdiri baru ia berjalan.Demikian pun halnya dalam pelayanan, orang belum memiliki prinsip iman dan belum mengerti firman Tuhan tetapi sudah diajak pelayanan, jadi tidak mengherankan jika orang tersebut jatuh bangun dalam pelayanan.Oleh karena itu perlu belajar Firman terlebih dulu barulah mengerjakan pelayanan.Alkitab pasti lebih benar dari pada logika.Itulah iman yang Teguh.Jika Itu adalah sebuah pohon, maka dasar adalah akar, jika itu adalah tubuh manusia, dasarnya adalah kaki, jika itu adalah bangunan, maka dasar adalah pondasi.Penerobosan itu terjadi secara alamiah oleh karena faktor sungkanismenya yang lebih kuat daripada prinsip imannya.

Mazmur 11:3Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu?Iblis tidak menyerang segala sesuatunya selain daripada dasar.Ia tidak berurusan dengan kekayaan kita untuk dihancurkan, tetapi ia menyerang iman kita supaya bergeser. Iajuga tidak berurusan dengan penyakit kita tetapi ia menyerang dan membuat kita sakit supaya iman kita menyangkal. Iblis tidak berurusan dengan kedudukan kita yang terhormat untuk dijadikannya hina tetapi tujuannya ialah supaya iman kita bergeser.Bukankah pergeseran-pergeseran yang sudah terjadi tanpa kita sadari itu hanyalah karena pendirian kita lemah.Jadi, kita perlu mengingatakan peristiwa-peristiwa yang menyebabkan kita tergeser oleh karena pintu sungkanisme yang kita buka sehingga kita dapat melakukan antisipasi.Itu hanyalah contoh terkecil dan masih ada banyak hal dalam kehidupan pribadi tiap-tiap orang dimana penerobosan terjadi demikian rupa tanpa kita sadari karena sudah terbiasa untuk bergeser.
Pertama, kita perlu mengerti kehendak Tuhan dengan membaca Alkitab dan mendengar firman Tuhan dan sekaligus belajar firman Tuhan, karena ada banyak hal yang tidak kita pahami, dan jika kita hanya mendengar kiri kanan, ini akan berbahaya karena kita akan menjadi bingung, itu sebabnya kita perlu belajar firman Tuhan.Dari situlah kita memahami Firman dari situ kita memahami pokok-pokok pengajaran

Apa yang perlu kita pelajari dari pada firman Tuhan.
1 Timotius 4:6Dengan selalu mengingatkan hal-hal itu kepada saudara-saudara kita, engkau akan menjadi seorang pelayan Kristus Yesus yang baik, terdidik dalam soal-soal pokok iman kita Dan dalam ajaran sehat yang telah kau ikuti selama ini.
Beberapa gereja Tuhan akhir zaman mencopot beberapa ayat dan dijadikan doktrin/pengajaran populer sementara pokok-pokok iman tidak ditanamkan. Padahal pokok-pokok iman ini adalah dasar untuk penguatan dan pendirian iman

Ibrani 6:1,2Sebab itu  marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dan perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar percayaan kepada Allah, yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal.

Berdasarkan ayat ini, mereka menganggap gereja-gereja yang hanya mengajar pokok-pokok dasar, itu adalah gereja kelas TK atau SD, belum sampai SMP atau SMA apalagi perguruan tinggi karena ada ayat yang berkata marilah kita meninggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Mereka lupa ada ayat 3, gereja Tuhan seperti ini tidak pernah mengajarkan asas-asas atau dasar iman Kristen karena itu adalah tingkat anak-anak dalam pemahaman mereka.Sedangkan ayat 3 berkata “Dan itulah yang akan kita berbuat jika Allah mengizinkannya”.Asas-asas pokok ini terlebih dulu diletakkan baru bisa dilanjutkan bangunannya.
Jadi, bahayanya jika kita belum ada dasar, namun nampak megah, maka dapat dengan mudah roboh.Firman Tuhan sudah menyatakan bahwa Firman itu bukan hanya berkuasa tetapi hidup. Kalimat Firman akan nampak dan hadir di kehidupan nyata dalam bentuk peristiwa-peristiwa hidup. Sehingga siapapun yang pernah menyampaikan Firman, maka akan mendapat gilirannya apakah yang ia sampaikan itu sudah ia lakukan atau belum. Orang-orang kadangkala tertarik karena khotbahnya bagus, tetapi kualitas diri orang tersebut dapat dilihat ketika Firman sudah menjadi kenyataan, apakah dia bisa melakukan atau tidak.
Seseorang konseling dengan saya, ia mengkonselingkan tentang gerejanya, tentang seorang hamba Tuhan yang memiliki jemaat sampai belasan ribu. Hamba Tuhan ini menghadapi satu problem yaitu penaklukan diri terhadap otoritas. Saya katakan bahwa ini adalah hal sederhana bahwa setiap orang akan diuji, dan tidak ada seorang pun yang luput. Bentuk ujian Itu sederhana, bahwa firman yang diajarkan itu menjadi kenyataan karena ketika Firman disampaikan itu bukan hanya kepada Jemaat saja tetapi terlebih dulu kepada pembawa Firman itu sendiri.Apakah kita dapat melakukannya ataukah kita hanya pandai mengajarkannya. Dan ternyata ia tidak bisa melakukan karena sudah terlanjur menjadi hamba Tuhan favoritdan sudah terlanjur banyak pengikut. Inilah bahayanya. Dengan Firman Tuhan yang kita miliki, Roh Kudus akan memunculkan firman Tuhan yang pernah kita dengar dan yang pernah kita baca dan kita pelajari untuk menjadi jawaban atas setiap yang kita hadapi. Sebab dengan memiliki Firman Kita juga bisa membaca apa yang sedang terjadi. Dengan Firman, kita bisa memetakan pergeseran yang ada, kita juga dapat menjaga diri dari pergeseran yang ada supaya kita tidak tergeser.

By : Pdt. R.F Martino